Selasa, 24 Januari 2012

Nabi Hud AS part 2


Selesailah kisah kaum Nabi Nuh dalam sejarah. Mayoritas di antara mereka yang mendustakan ajarannya telah dihancurkan oleh topan. Sedangkan minoritas di antara mereka dapat kembali memakmurkan bumi sebagai wujud dari sunatullah dan janji-Nya: Sedangkan janji Allah SWT kepada Nabi Nuh adalah:
"Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang takwa." (QS. al-Qashash: 83)
Dan janji Allah SWT juga kepada Nabi Nuh adalah:
"Difirmankan: 'Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang beriman) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada pula umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam hehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami. " (QS. Hud: 48)
Berputarlah roda kehidupan dan datanglah janji Allah SWT. Setelah datangnya topan, tiada yang tersisa dari manusia di muka bumi kecuali orang-orang yang beriman. Tiada satu hati yang kafir pun berada di muka bumi dan setan mulai mengeluhkan pengangguran.
Berlalulah tahun demi tahun, lalu matilah para orang tua dan anak-anak, dan datanglah anak dari anak-anak. Manusia lupa akan wasiat Nabi Nuh dan mereka kembali menyembah berhala. Manusia menyimpang dari penyembahan yang semata-mata untuk Allah SWT. Akhirnya, tipuan kuno berulang kembali. Para cucu kaum Nabi Nuh berkata: "Kita tidak ingin melupakan kakek kita yang Allah SWT selamatkan mereka dari topan."
Oleh karena itu, mereka membuat patung-patung orang-orang yang selamat itu yang dapat mengingatkan mereka dengannya. Dan pengagungan ini semakin berkembang generasi demi generasi, namun akhimya penghormatan itu berubah menjadi penghambaan. Patung-patung itu berubah—dengan bisikan setan—menjadi tuhan selain Allah SWT. Dan bumi kembali mengeluhkan kegelapan. Lalu Allah SWT rnengutus junjungan kita Nabi Hud di tengah-tengah kaumnya.
Al-Qur'an menyingkap ceritanya setelah diutusnya Nabi Hud untuk membawa agama kepada manusia. Nabi Hud berasal dari kabilah yang bernama 'Ad. Kabilah ini tinggal di suatu tempat yang bernama al-Ahqaf. la adalah padang pasir yang dipenuhi dengan gunung-gunung pasir dan tampak dari puncaknya lautan. Adapun tempat tinggal mereka berupa tenda-tenda besar dan mempuyai tiang-tiang yang kuat dan tinggi. Kaum 'Ad terkenal dengan kekuatan fisik di saat itu, dan mereka juga memiliki tubuh yang amat tinggi dan tegak sampai-sampai mereka mengatakan seperti yang dikutip oleh Al-Qur'an:
"Mereka berkata: 'Siapakah yang lebih kuat daripada kami.'" (QS. Fushilat: 15)
Tiada seorang pun di masa itu yang dapat menandingi kekuatan mereka. Meskipun mereka memiliki kebesaran tubuh, namun mereka memiliki akal yang gelap. Mereka menyembah berhala dan membelanya bahkan mereka siap berperang atas namanya. Mereka malah menuduh nabi mereka dan mengejeknya. Selama mereka menganggap bahwa kekuatan adalah hal yang patut dibanggakan, maka seharusnya mereka melihat bahwa Allah SWT yang menciptakan mereka lebih kuat dari mereka. Sayangnya, mereka tidak melihat selain kecongkakan mereka. Nabi Hud berkata kepada mereka:
"Wahai kaumku, sembahlah Allah yang tiada tuhan lain bagi kalian selain-Nya. " (QS. Hud: 50)
Itu adalah perkataan yang sama yang diucapkan oleh seluruh nabi dan rasul. Perkataan tersebut tidak pernah berubah, tidak pernah berkurang, dan tidak pernah dicabut kembali. Kaumnya bertanya kepadanya: "Apakah engkau ingin menjadi pemimpin bagi kami melalui dakwahmu ini? Imbalan apa yang engkau inginkan?" Nabi Hud memberitahu mereka bahwa ia hanya mengharapkan imbalan dari Allah SWT. Ia tidak menginginkan sesuatu pun dari mereka selain agar mereka menerangi akal mereka dengan cahaya kebenaran. Ia mengingatkan mereka tentang nikmat Allah SWT terhadap mereka. Bagaimana Dia menjadikan mereka sebagai khalifah setelah Nabi Nuh, bagaimana Dia memberi mereka kekuatan fisik, bagaimana Dia menempatkan mereka di bumi yang penuh dengan kebaikan, bagaimana Dia mengirim hujan lalu menghidupkan bumi dengannya.
Kaum Hud membuat kerusakan dan mengira bahwa mereka orang-orang yang terkuat di muka bumi, sehingga mereka menampakkan kesombongan dan semakin menentang kebenaran. Mereka berkata kepada Nabi Hud: "Bagaimana engkau menuduh tuhan-tuhan kami yang kami mendapati ayah-ayah kami menyembahnya?" Nabi Hud menjawab: "Sungguh orang tua kalian telah berbuat kesalahan." Kaum Nabi Hud berkata: "Apakah engkau akan mengatakan wahai Hud bahwa setelah kami mad dan menjadi tanah yang beterbangan di udara, kita akan kembali hidup?" Nabi Hud menjawab: "Kalian akan kembali pada hari kiamat dan Allah SWT akan bertanya kepada masing-masing dari kalian tentang apa yang kalian lakukan."
Setelah mendengar jawaban itu, meledaklah tertawa dari mereka. Alangkah anehnya pengakuan Hud, demikianlah orang-orang kafir berbisik di antara mereka. Manusia akan mati dan ketika mati jasadnya akan rusak dan ketika jasadnya rusak ia akan menjadi tanah kemudian akan dibawa oleh udara dan tanah itu akan beter­bangan, lalu bagaimana semua ini akan kembali ke asalnya. "Kemu­dian apa pengertian adanya hari kiamat? Mengapa orang-orang yang mati akan bangkit dari kematiannya?" Hud menerima pertanyaan-pertanyaan ini dengan kesabaran yang mulia. Kemudian ia mulai menerangkan pada kaumnya keadaan hari kiamat. Ia menjelaskan kepada mereka bahwa kepercayaan manusia kepada hari akhir adalah satu hal yang penting yang berhubungan dengan keadilan Allah SWT, sebagaimana ia juga sesuatu yang penting yang juga berhubungan dengan kehidupan manusia.
Nabi Hud menerangkan kepada mereka sebagaimana apa yang diterangkan oleh semua nabi berkenaan dengan hari kiamat. Sesungguhnya hikmah sang Pencipta tidak menjadi sempurna dengan sekadar memulai penciptaan kemudian berakhirnya kehidupan para makhluk di muka bumi ini, lalu setelah itu tidak ada hal yang lain. Ini adalah masa tenggang yang pertama dari ujian. Dan ujian tidak selesai dengan hanya menyerahkan lembar jawaban. Harus juga disertai dengan koreksi terhadap lembar jawaban itu, memberi nilai, dan menjelaskan siapa yang berhasil dan siapa yang gagal.
Manusia selama hidup di dunia tidak hanya mempunyai satu tindakan; ada yang berbuat kelaliman, ada yang membunuh, dan ada yang melampaui batas. Seringkali kita melihat orang-orang lalim pergi dengan bebas tanpa menjalani hukuman. Cukup banyak orang-orang yang jahat namun mereka mendapatkan fasilitas yang mewah dan mendapatkan penghormatan serta kekuasaan. Ke mana orang-orang yang teraniaya akan mengadu dan kepada siapa orang-orang yang menderita akan mengeluh?
Logika keadilan menuntut adanya hari kiamat. Sesungguhnya kebaikan tidak selalu menang dalam kehidupan, bahkan terkadang pasukan kejahatan berhasil membunuh dan memperdaya para pejuang kebenaran. Lalu, apakah kejahatan ini berlalu begitu saja tanpa mendapatkan balasan? Sungguh suatu kelaliman besar terhampar seandainya kita menganggap bahwa hari kiamat tidak pernah terjadi. Allah SWT telah mengharamkan kelaliman atas diri-Nya sendiri, dan Dia pun mengharamkannya terjadi di antara hamba-hamba-Nya., maka adanya hari kiamat, hari perhitungan, hari pembalasan adalah sebagai bukti kesempurnaan dari keadilan Allah SWT. Sebab hari kiamat adalah hari di mana semua persoalan akan disingkap kembali di depan sang Pencipta dan akan di tinjau kembali, dan Allah SWT akan memutuskan hukum-Nya di dalam-nya. Inilah kepentingan pertama tentang hari kiamat yang berhubungan langsung dengan keadilan Allah SWT.
Ada kepentingan lain berkenaan dengan hari kiamat, yang berhubungan dengan perilaku manusia sendiri. Bahwa keyakinan dengan adanya hari akhir, mempercayai hari kebangkitan, perhitungan amal, penerimaan pahala dan siksa, dan kemudian masuk surga atau neraka adalah perkara-perkara yang langsung berkenaan dengan perilaku manusia, di mana konsentrasi manusia dan had mereka akan tertuju dengan alam lain setelah alam ini. Oleh karena itu, mereka tidak akan terbelenggu oleh kenikmatan dunia, kerakusan kepadanya, dan egoisme untuk menguasinya. Mereka tidak perlu gelisah saat mereka tidak berhasil melihat balasan usaha mereka dalam umur mereka yang pendek dan terbatas. Dengan demikian, manusia semakin meninggi dari tanah yang menjadi asal penciptaannya ke roh yang ditiupkan oleh Tuhannya.
Barangkali persimpangan jalan antara tunduk terhadap imajinasi dunia, nilai-nilainya, dan pertimbangan-pertimbangannya dan ketergantungan dengan nilai-nilai Allah SWT yang tinggi dapat terwujud dengan adanya keimanan terhadap hari kiamat. Nabi Hud telah membicarakan semua ini dan mereka telah mendengarkannya namun mereka mendustakannya. Allah SWT menceritakan sikap kaum itu terhadap hari kiamat:
"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya dan yang mendustakan pertemuan dengan hari kiamat (kelak) dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia: 'Orang ini tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, dia, makan dari apa yang kamu, makan, dan meminum dari apa yang kamu minum. Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian itu, kamu benar-benar menjadi orang-orang yang merugi. Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)?, jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepadamu itu, kehidupan tidak lain hanyalah kehidupan kita di dunia ini, kita mati dan hidup dan sekali-kali tidak akan dibangkitkan lagi. " (QS. al-Mu`minun: 33-37)
Demikianlah kaum Nabi Hud mendustakan nabinya. Mereka berkata kepadanya: "Tidak mungkin, tidak mungkin." Mereka keheranan ketika mendengar bahwa Allah SWT akan membangkitkan orang-orang yang ada dalam kuburan. Mereka bingung ketika dibe-ritahu bahwa Allah SWT akan mengembalikan penciptaan manusia setelah ia berubah menjadi tanah, meskipun Dia telah menciptakannya sebelumnya juga dari tanah. Seharusnya para pendusta hari kebangkitan itu merasa bahwa mengembalikan penciptaan manusia dari tanah dan tulang lebih mudah dari penciptaannya pertama kali. Bukankah Allah SWT telah menciptakan semua makhluk, maka kesulitan apa yang ditemui-Nya dalam mengembalikannya. Kesulit­an itu disesuaikan dengan tolok ukur manusia yang tersembunyi dalam ciptaan., maka tolok ukur manusia tersebut tidak dapat diterapkan kepada Allah SWT. Karena Dia tidak mengenal kesulitan atau kemudahan. Ketika Dia ingin membuat sesuatu, maka Dia hanya sekadar mengeluarkan perintah:
"Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepa­danya: "Jadilah."Lalu jadilah ia." (QS. al-Baqarah: 117)
Kita juga memperhatikan firman-Nya:
"Dan berkatalah pemuka-pemuka yang kafir di antara kaumnya." (QS. al-Mu^minun: 33)
Al-Mala' ialah para pembesar (ar-Ruasa'). Mereka dinamakan al-Mala' karena mereka suka berbicara dan mereka mempunyai kepentingan dalam kesinambungan situasi yang tidak sehat. Kita akan menyaksikan mereka dalam setiap kisah para nabi. Kita akan melihat para pembesar kaum, orang-orang kaya di antara mereka, dan orang-orang elit di antara mereka yang menentang para nabi. Allah SWT menggambarkan mereka dalam firman-Nya:
"Dan yang telah Kami mewahkan mereka dalam kehidupan dunia. " (QS. al-Mukminun: 33)
Karena pengaruh kekayaan dan kemewahan hidup, lahirlah keinginan untuk meneruskan kepentingan-kepentingan khusus, dan dari pengaruh kekayaan dan kekuasaan, muncullah sikap sombong. Para pembesar itu menoleh kepada kaumnya sambil bertanya-tanya: "Tidakkah nabi ini manusia biasa seperti kita, ia memakan dari apa yang kita, makan, dan meminum dari apa yang kita minum? Bahkan barangkali karena kemiskinannya, ia sedikit, makan dari apa yang kita, makan dan ia minum, menggunakan gelas-gelas yang kotor sementara kita minum dari gelas-gelas yang terbuat dari emas dan perak., maka bagaimana ia mengaku berada dalam kebenaran dan kita dalam kebatilan? Ini adalah manusia biasa, maka bagaimana kita menaati manusia biasa seperti kita? Kemudian, mengapa Allah SWT memilih manusia di antara kita untuk mendapatkan wahyu-Nya?"
Para pembesar kaum Nabi Hud berkata: "Bukankah hal yang aneh ketika Allah SWT memilih manusia biasa di antara kita untuk menerima wahyu dari-Nya?" Nabi Hud balik bertanya: "Apa keanehan dalam hal itu? Sesungguhnya Allah SWT mencintai kalian dan oleh karenanya Dia mengutus aku kepada kalian untuk mengingatkan kalian. Sesungguhnya perahu Nuh dan kisah Nuh tidak jauh dari ingatan kalian. Janganlah kalian melupakan apa yang telah terjadi. Orang-orang yang menentang Allah SWT telah dihancurkan dan begitu juga orang-orang yang akan mengingkari-Nya pun akan dihancurkan, sekuat apa pun mereka." Para pembesar kaum berkata: "Siapakah yang dapat menghancurkan kami wahai Hud?" Nabi Hud menjawab: "Allah SWT."
Orang-orang kafir dari kaum Nabi Hud berkata: "Tuhan-tuhan kami akan menyelamatkan kami." Nabi Hud memberitahu mereka, bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah ini dengan maksud untuk mendekatkan mereka kepada Allah SWT pada hakikatnya justru menjauhkan mereka dari-Nya. Ia menjelaskan kepada mere­ka bahwa hanya Allah SWT yang dapat menyelamatkan manusia, sedangkan kekuatan lain di bumi tidak dapat mendatangkan mudarat dan manfaat.
Pertarungan antara Nabi Hud dan kaumnya semakin seru. Dan setiap kali pertarungan berlanjut dan hari berlalu, kaum Nabi Hud meningkatkan kesombongan, pembangkangan, dan pendustaan kepada nabi mereka. Mereka mulai menuduh Nabi Hud sebagai seorang idiot dan gila. Pada suatu hari mereka berkata kepadanya: "Sekarang kami memahami rahasia kegilaanmu. Sesungguhnya engkau menghina tuhan kami dan tuhan kami telah marah kepadamu, dan karena kemarahannya engkau menjadi gila." Allah SWT menceritakan apa yang mereka katakan dalam firman-Nya:
"Kaum 'Ad berkata: 'Hai Hud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. " (QS. Hud: 53-54)
Sampai pada batas inilah penyimpangan itu telah terjadi pada diri mereka, sampai pada batas bahwa mereka menganggap, bahwa Nabi Hud telah mengigau karena salah satu tuhan mereka telah murka kepadanya sehingga ia terkena sesuatu penyakit gila. Nabi Hud tidak membiarkan anggapan mereka bahwa ia gila dan mengigau, naniun ia tidak bersikap emosi tetapi ia menunjukkan sikap tegas ketika mereka mengatakan: "Dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. "
Setelah tantangan ini tiada lain bagi Nabi Hud kecuali memberikan tantangan yang sama. Nabi Hud hanya pasrah kepada Allah SWT. Nabi Hud hanya memberikan peringatan dan ancaman terhadap orang-orang yang mendustakan dakwahnya. Nabi Hud berkata:
"Sesungguhnya aku jadikan Allah sebagai saksiku dan saksikanlah olehmu bahwa Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dari selain-Nya. Sebab itu, jalankanlah tipu dayamu semuanya terhadapku dan janganlah karnu memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudarat kepada-Nya sedikit pun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha Pemelihara segala sesuatu. " (QS. Hud: 54-57)
Manusia akan merasa keheranan terhadap perlawanan kepada kebenaran ini. Seorang lelaki menghadapi kaum yang kasar dan keras kepala serta bodoh. Mereka menganggap bahwa berhala-berhala dari batu dapat memberikan gangguan. Manusia sendiri rnampu menentang para tiran dan melumpuhkan keyakinan mereka, serta berlepas diri dari mereka dan dari tuhan mereka. Bahkan ia siap menentang mereka dan menghadapi segala bentuk, makar mereka. Ia pun siap berperang dengan mereka dan bertawakal kepada Allah SWT. Allah-lah yang Maha Kuat dan Maha Benar. Dia-lah yang menguasai setiap makhluk di muka bumi, baik berupa binatang, manusia, maupun makhluk lain. Tidak ada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah SWT.
Dengan keimanan kepada Allah SWT dan dengan kepercayaan pada janji-Nya serta merasa tenang dengan pertolongan-Nya, Nabi Hud menyeru orang-orang kaflr dari kaumnya. Nabi Hud melakukan yang demikian itu meskipun ia sendirian dan merasakan kelemahan karena ia mendapatkan keamanan yang hakiki dari Allah SWT. Dalam pembicaraannya, Nabi Hud menjelaskan kepada kaumnya bahwa ia melaksanakan amanat dan menyampaikan agama. Jika mereka mengingkari dakwahnya, niscaya Allah SWT akan mengganti mereka dengan kaum selain mereka. Yang demi­kian ini berarti bahwa mereka sedang menunggu azab. Demikianlah Nabi Hud menjelaskan kepada mereka, bahwa ia berlepas diri dari mereka dan dari tuhan mereka. la bertawakal kepada Allah SWT yang menciptakannya.
Ia mengetahui bahwa siksa akan turun di antara para pengikutnya yang menentang. Beginilah hukum kehidupan di mana Allah SWT menyiksa orang-orang kafir meskipun mereka sangat kuat atau sangat kaya. Nabi Hud dan kaumnya menunggu janji Allah SWT. Kemudian terjadilah masa kering di muka bumi di mana langit tidak lagi menurunkan hujan. Matahari menyengat sangat kuat hingga laksana percikan-percikan api yang menimpa kepala manusia.
Kaum Nabi Hud segera menuju kepadanya dan bertanya: "Mengapa terjadi kekeringan ini wahai Hud?" Nabi Hud berkata: "Sesungguhnya Allah SWT murka kepada kalian. Jika kalian beriman, maka Allah SWT akan rela terhadap kalian dan menurunkan hujan serta menambah kekuatan kalian." Namun kaum Nabi Hud justru mengejeknya dan malah semakin menentangnya., maka masa kekeringan semakin meningkat dan menguningkan pohon-pohon yang hijau dan matilah tanaman-tanaman.
Lalu datanglah suatu hari di mana terdapat awan besar yang menyelimuti langit. Kaum Nabi Hud begitu gembira dan mereka keluar dari rumah mereka sambil berkata: "Hari ini kita akan dituruni hujan." Tiba-tiba udara berubah yang tadinya sangat kering dan panas kini menjadi sangat dingin. Angin mulai bertiup dengan kencang. Semua benda menjadi bergoyang. Angin terus-menerus bertiup malam demi malam, dan hari demi hari. Setiap saat rasa dingin bertambah.
Kaum Nabi Hud mulai berlari. Mereka segera menuju ke tenda dan bersembunyi di dalamnya. Angin semakin bertiup dengan kencang dan menghancurkan tenda. Angin menghancurkan pakaian dan menghancurkan kulit. Setiap kali angin bertiup, ia menghan­curkan dan membunuh apa saja yang di depannya. Angin bertiup selama tujuh malam dan delapan hari dengan mengancam kehidupan dunia. Kemudian angin berhenti dengan izin Tuhannya.
Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: 'Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.' (Bukan)! Bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya." (QS. al-Ahqaf: 24-25) "Yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus;, maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). " (QS. al-Haqqah: 7)
Tiada yang tersisa dari kaum Nabi Hud kecuali pohon-pohon kurma yang lapuk. Nabi Hud dan orang-orang yang beriman kepadanya selamat sedangkan orang-orang yang menentangnya binasa.

ComScore

Jumat, 20 Januari 2012

NABI ISA AS part 2

Ia bergelar Almasih dan dipanggil
Ibnu Maryam, putra Maryam
(Q.3:45). Nabi Isa a.s. diutus Allah
Swt. sebagai nabi dan rasul. Ia
lahir tanpa ayah, tetapi bukan
karena zina. Sejak masih bayi, ia
berperilaku lain dari teman
sebayanya. Pada usia 12 tahun, ia
menuntut ilmu dengan
menghadiri diskusi para ulama di
Baitulmakdis. Pada usia 30 tahun,
ia menerima tugas kenabian di
Bukit Zaitun. Ketika itu ia sedang
beribadah bersama ibunya dan
dikelilingi oleh malaikat. Maryam
sudah tahu bahwa putranya
akan mendapat tugas kenabian
ketika hal itu diberitahukan
kepadanya. Setelah menerima
wahyu berupa Injil (Q.19:30;
57:27), ia memaklumkan
kerasulannya kepada Bani Israil.
Namun, para pemuka agama
marah, lalu menuntut agar Nabi
Isa membuktikan kerasulannya.
Ia menunjukkan sejumlah
mukjizat yang memperkuat
dakwahnya. Al-Qur'an
menegaskan bahwa Isa sama
sekali tidak memiliki sifat
ketuhanan, dan bukan "putra
Tuhan." Islam menolak gagasan
trinitas, yang menganggap Isa
sebagai Tuhan (Q.4:171; 5:17;
73-75; 116-117). Nabi Isa hanya
mengaku diri sebagai nabi dan
rasul, dan tidak pernah sebagai
Tuhan. Ia malah percaya kepada
Allah Swt., pencipta alam
semesta, termasuk pencipta
dirinya.
KELAHIRAN NABI ISA
Usia kandungan Maryam
semakin dekat pada hari
kelahiran. Maryam keluar dari
daerah pengasingannya untuk
menyelamatkan diri serta bayi
yang dikandungnya. Maryam
semakin merasakan gerak bayi
dalam kandungannya. Geraknya
semakin lama semakin kuat.
Karena merasa sakit, Maryam
membaringkan diri. Pada saat
itulah lahir seorang anak dari
rahimnya. Bayi ini adalah Isa bin
Maryam.
BAITULLAHAM
Setelah melahirkan, Maryam
merasa lapar dan haus. Ia
menggoyang- goyangkan pohon
kurma (Q.19:22-26) lalu
memakan buah kurma yang
terjatuh, dan minum air sungai
yang mengalir dekat pohon
kurma tempatnya bersandar. Ia
bersyukur kepada Allah Swt.
karena diberi kemudahan ketika
melahirkan putranya. Tempat
kelahiran Isa disebut Baitullaham
(Bethlehem), yang berarti
"tempat lahir". Kota ini terletak
sekitar 9,5 km di selatan
Yerusalem. Ketika Nabi Isa lahir,
Israil dijajah oleh bangsa Romawi.
BAYI PANDAI BICARA
Beberapa hari setelah
kelahirannya, Nabi Isa dibawa
pulang ke kampung ibunya.
Orang kampung berdatangan
melihat putra Maryam. Mereka
mencemoohkan Maryam karena
membawa bayi tanpa ayah.
Mereka menuduhnya berbuat
zina, padahal ia berasal dari
keluarga baik- baik. Maryam
tidak menanggapi tuduhan itu,
tetapi memberi isyarat kepada
bayinya. Tiba-tiba, bayinya
menjawab bahwa tuduhan itu
tidak benar. Jawaban ini berhasil
membungkam mulut mereka.
Begitulah Allah Swt.
memperlihatkan kekuasaan-Nya.
Nabi Isa dikhitan pada usia 8
hari, sesuai dengan syariat para
nabi sejak Nabi Ibrahim.
HAMBA TUHAN
Maryam lahir dari keluarga
Imran. Maryam berarti " tidak
bercela," juga bisa berarti
"hamba Tuhan." Ia diasuh oleh
Nabi Zakaria setelah ayahnya
meninggal. Ketika berada di
sebuah mihrab, Maryam
didatangi oleh seorang malaikat
untuk memberinya seorang putra
suci. Maryam terkejut karena ia
tidak pernah disentuh oleh laki-
laki. Ia khawatir akan
dicemoohkan jika ternyata ia
hamil. Ketika kandungannya
semakin besar, ia menjauhkan
diri dari Baitulmakdis. Ia pindah
ke desa kelahirannya, Nasirah
(Nasaret). Maryam melahirkan
seorang bayi tanpa suami
(Q.3:45-48, 59; 19:16-35; 21:91;
66:12).
HERODUS
Orang Yerusalem mengenal Nabi
Isa sebagai pemuda yang cerdik,
pintar, berani, tegas dalam
membela kebenaran, dan tidak
pernah tunduk dalam
menghadapi kebatilan. Sikap dan
pendirian ini diketahui oleh Raja
Herodus yang berkuasa di
Palestina. Ia menganggap Nabi
Isa sebagai musuh utama yang
bisa mengancam kedudukannya.
Herodus pun memutuskan untuk
membunuh Nabi Isa. Rencana
jahat ini sampai ke telinga
Maryam. Oleh karena itu,
Maryam segera menyelamatkan
putranya dengan mengungsi ke
Mesir. Maryam dan Nabi Isa
tinggal di Mesir selama 12 tahun.
Setelah Raja Herodus wafat, Nabi
Isa dan ibunya kembali ke
Palestina. Mereka menetap di
Nasirah (Nasaret). Sebutan "
Nasrani" (orang dari Nasirah),
yakni pengikut Nabi Isa, berasal
dari nama tempat ini.
BUKIT ZAITUN
Pada usia 30 tahun, Nabi Isa a.s.
sering pergi ke luar rumah untuk
mengasingkan diri dari
keramaian, membersihkan
nurani, dan mencari pencerahan
jiwa. Ketika menuju ke Bukit
Zaitun, Nabi Isa jatuh terduduk
dekat sebuah batu besar. Tiba-
tiba ada yang datang
menghampirinya, lalu
memintanya menjadikan batu
besar itu roti. Namun, Nabi Isa
tidak mengabulkannya.
"Kebesaran Tuhan hanya ada
pada Allah," kata Nabi Isa.
Mendengar jawaban ini, " orang"
itu yakin bahwa iman Nabi Isa
tetap teguh, lalu ia pun
menghilang. Nabi Isa sadar
bahwa yang menghampirinya itu
adalah iblis yang berusaha
menyesatkannya.
AHMAD
Ketika berada di Bukit Zaitun,
Nabi Isa bersujud dan bersyukur
karena selamat dari godaan iblis.
Tidak lama kemudian, Malaikat
Jibril mendatanginya, lalu
menyampaikan tugas kenabian
dan kerasulannya. Nabi Isa
menerima wahyu Allah Swt.
Kepadanya, Allah Swt.
menurunkan kitab suci Injil
(Q.4:171), pembenaran kitab suci
sebelumnya (Taurat), dan nubuat
tentang akan turunnya Al-Qur'an
kepada Nabi Muhammad Saw.
yang disebut Ahmad (Q.61:6).
DAKWAH NABI ISA
Nabi Isa a.s. mulai berjuang
menyiarkan ajaran Allah Swt.,
membeberkan kesalahan para
pemuka agama Yahudi, dan
menyadarkan mereka tentang
penyimpangan mereka dari
ajaran Nabi Musa. Karena itu, ia
berseru kepada Bani Israil agar
mereka mematuhi perintah dan
menjauhi larangan Allah Swt.
(Q.19:31-36). Ia berdakwah
supaya mereka bertobat, yakni
kembali ke jalan benar yang
telah dirintis oleh para nabi
sebelumnya. Namun, dakwah
Nabi Isa mendapat perlawanan
dengan berbagai fitnah dan
ejekan. Mereka memintanya
untuk membuktikan kenabian
serta kerasulannya dengan
maksud untuk menghilangkan
pengaruh dan wibawanya. Nabi
Isa menunjukkan beberapa
mukjizat kepada mereka, tetapi
tetap saja ada yang tidak
percaya.
MUKJIZAT
Nabi Isa a.s. dikaruniai oleh Allah
Swt. beberapa mukjizat, antara
lain menghidupkan orang yang
meninggal, menerima wahyu
kitab Injil, menurunkan hidangan
dari langit, menyembuhkan
sejumlah penderita penyakit serta
orang gila, memulihkan orang
pincang menjadi berjalan serta
orang bisu menjadi berbicara,
memelekkan orang buta sejak
lahir, dan membuat burung
hidup dari tanah liat (Q.3:49;
5:110).
TANAH MENJADI BURUNG
"Sesungguhnya aku telah
datang kepadamu dengan
membawa sesuatu tanda
(mukjizat) dari Tuhanmu, yaitu
aku membuat untuk kamu dari
tanah berbentuk burung;
kemudian aku meniupnya,
maka ia menjadi seekor
burung dengan seizin Allah..."
(Q.3:49).
HIDANGAN DARI LANGIT
Dalam perjalanan dakwahnya,
Nabi Isa a.s. dan para al-
hawariyyun merasa lapar dan
dahaga. Untuk menenangkan
dan meningkatkan iman para
pengikutnya, Nabi Isa berdoa
agar Allah Swt. menurunkan
nikmat- Nya. Doanya dikabulkan.
Hidangan makanan dari langit
(Q.5:112-114) merupakan bukti
nyata kekuasaan Allah Swt. dan
kenabian Isa. Mereka menikmati
hidangan tersebut dan bersyukur
atas rahmat-Nya.
AL-HAWARIYYUN
Nabi Isa a.s. memiliki beberapa
sahabat, murid, dan pengikut
setia yang disebut al- hawariyyun
(Q.3:52; 5:111-115). Mereka
meyakini dakwah Nabi Isa,
berhati bersih, dan beriktikad
baik untuk membela serta
membantu perjuangan Nabi Isa.
Sebagian dari al- hawariyyun
berasal dari keluarga nelayan
seperti Syim'un, Adrius, Ya'qub,
dan Yuhanna. Ada juga yang
berasal dari keluarga pencuci
pakaian, yaitu Lukas, Thomas,
Markus, Yuhanna, dan beberapa
saudaranya yang masih kecil.
Mereka mempercayai ajaran Nabi
Isa dan mendapatkan pelajaran
darinya.
YUDAS
Salah satu pengikut Nabi Isa a.s.
berkhianat. Dengan tuduhan
palsu, ia mengadu kepada
penguasa Romawi bahwa Nabi
Isa akan memberontak dan
menggulingkan penguasa. Atas
petunjuk dari si pengkhianat
(Yudas), tentara Romawi
mengepung tempat
persembunyian Nabi Isa bersama
murid-muridnya. Dalam keadaan
berbahaya itu, Allah Swt.
menyelamatkan Nabi Isa. Nabi Isa
tidak disalibkan dan tidak pula
dibunuh, tetapi Allah Swt.
mengangkatnya (Q.3:55;
4:157-15cool.
(sumber: Ensiklopedi Islam untuk
Pelajar - no.3)

NABI MUHAMMAD SAW part 2

Nabi dan rasul terakhir yang
diutus oleh Allah Swt. adalah
Nabi Muhammad s.a.w. (Q.33:40)
. Ia dipilih menjadi nabi dan rasul
pada usia 40 tahun. Ia
menyampaikan risalah kenabian
kepada kaumnya selama 22
tahun 2 bulan dan 22 hari.
Muhammad dilahirkan di Mekah.
Kakeknya, Abdul Muttalib,
menamainya Muhammad (orang
terpuji), sebuah nama yang
belum pernah digunakan dan
dikenal sebelumnya. Ketika lahir,
Muhammad telah menjadi anak
yatim. Ayahnya, Abdullah, wafat
sebelum ia lahir. Ketika berusia 6
tahun, Muhammad sudah
menjadi yatim piatu. Ibunya,
Aminah binti Wahab, meninggal
dunia dalam perjalanan pulang
dari Yatsrib, setelah berziarah ke
kuburan suaminya. Kemudian,
Muhammad diasuh oleh Abdul
Muttalib. Sebelum Muhammad
berusia 8 tahun, kakeknya wafat.
Pamannya, Abi Talib, lalu
mengambil alih tanggung jawab
mengasuh Muhammad.
TANDA KENABIAN
Sejak bayi, tanda- tanda
kenabian telah tampak pada diri
Muhammad. Pada usia 5 bulan ia
sudah bisa berjalan, dan pada
usia 9 bulan sudah pandai
berbicara. Pada usia 2 tahun, ia
sudah bisa dilepas bersama
anak- anak Halimah binti Abi
Dua'ib, ibu susunya, untuk
menggembala kambing. Pada
usia inilah ia didatangi oleh dua
malaikat. Mereka membuka baju
Muhammad, membelah dadanya
dan menyiramkan air ke
dalamnya untuk mencuci hatinya
agar senantiasa bersih. Kemudian
mereka menutup dada
Muhammad kembali tanpa bekas
ataupun luka.
TAHUN GAJAH
Ada suatu peristiwa yang
mendahului kelahiran
Muhammad. Peristiwa itu menjadi
pertanda bahwa Allah Swt.
melindungi agama yang akan
dibawa Muhammad. Tahun
terjadinya peristiwa itu disebut
Tahun Gajah, karena pada tahun
itu pasukan gajah yang dipimpin
Abrahah, penguasa Habasyah
(kini Ethiopia), menyerbu kota
Mekah untuk menghancurkan
Ka'bah. Abrahah ingin
mengambil alih peranan kota
Mekah dengan Ka'bahnya
sebagai pusat perekonomian dan
peribadatan bangsa Arab.
Sebelumnya, Abrahah sudah
membangun al- Qulles, sebuah
rumah ibadah megah di Yaman,
sebagai pengganti Ka'bah.
BUHAIRAH
Pada usia 12 tahun, Muhammad
mengikuti kafilah pamannya ke
Suriah. Sepanjang perjalanan di
gurun, mereka dinaungi awan
sehingga tidak kepanasan. Di
Busra, kafilah ini bertemu
dengan seorang pendeta Kristen
bernama Buhairah yang meyakini
bahwa Muhammad adalah calon
nabi yang ditunjuk Allah Swt.
AL-AMIN
Muhammad tumbuh menjadi
seorang pemuda yang jujur dan
berbudi pekerti luhur. Melalui
Hilful-Fudul dan kegiatannya
membantu pamannya
berdagang, nama Muhammad
makin terkenal sebagai seorang
yang terpercaya. Karena
kejujurannya, ia mendapat gelar
al- Amin, yang berarti orang
yang terpercaya. Para pemimpin
Mekah juga pernah mempercayai
Muhammad untuk
menyelesaikan perselisihan
mereka, dengan memimpin
peletakan Hajar Aswad, saat
perbaikan Ka'bah yang rusak
akibat banjir.
HILFUL-FUDUL
Pada usia 15 tahun, saat terjadi
Perang Fijar antara suku Kuraisy
dan suku Hawazin, Muhammad
membantu mempersiapkan anak
panah untuk paman- pamannya
yang hendak berperang. Akibat
perang ini, para pemimpin
beberapa suku Kuraisy
mengadakan rapat untuk
menetapkan aturan
perlindungan untuk mencegah
kelaliman terhadap penduduk
kota maupun pendatang asing.
Mereka sepakat membuat
sebuah organisasi bernama
Hilful-Fudul (persekutuan
kebajikan). Lembaga ini bertugas
membantu orang miskin dan
teraniaya. Muhammad ikut
dalam lembaga ini saat berusia
20 tahun. Di lembaga ini, sifat
kepemimpinannya mulai tampak.
KHADIJAH
Pada usia 25 tahun Muhammad
menikah dengan Khadijah binti
Khuwailid yang berusia 40 tahun.
Khadijah adalah seorang
pengusaha yang mempercayai
Muhammad untuk menjajakan
dagangannya ke Suriah. Karena
kejujuran Muhammad, Khadijah
menaruh hati padanya dan
menikahinya. Pasangan Khadijah-
Muhammad dikaruniai 2 putra
(Qasim serta Abdullah) dan 4
putri (Zainab, Rukayyah, Ummu
Kalsum, dan Fatimah). Khadijah
adalah wanita pertama yang
masuk Islam. Ia meninggal pada
usia 65 tahun, setelah 25 tahun
menikah dengan Muhammad.
UMMUL MUKMININ
1. Khadijah binti Khuwailid
2. Saudah binti Zam'ah
3. Aisyah binti Abu Bakar as-
Siddiq
4. Zainab binti Huzaimah
5. Juwairiyah binti Haris
6. Sofiyah binti Hay
7. Hindun binti Abi Umaiyah
8. Ramlah binti Abu Sufyan
9. Hafsah binti Umar bin Khattab
10. Zainab binti Jahsyi
11. Maimunah binti Haris
RIWAYAT MUHAMMAD
Kisah Muhammad sangat banyak
disebut dalam Al- Qur'an. Nama
Muhammad disebut 4 kali dan
dijadikan salah satu nama surat
ke-47, yang diambil dari
perkataan Muhammad pada ayat
ke-2. Adapun nama Ahmad
disebut sekali. Riwayat
Muhammad diketahui melalui
penuturan para sahabat dan
ditulis oleh banyak ahli dari
berbagai disiplin ilmu. Oleh
Michael H. Hart, penulis buku
Seratus Tokoh yang paling
Berpengaruh dalam Sejarah,
Muhammad ditempatkan pada
urutan pertama orang yang
berpengaruh dalam sejarah
manusia.
WAHYU PERTAMA
Menjelang usia 40 tahun,
Muhammad sering menyendiri
dan bertafakur di Gua Hira. Gua
ini terletak di Bukit Hira, sekitar 6
km di sebelah timur laut kota
Mekah. Tingginya 155 cm dan
bisa memuat 4 orang. Di gua ini
Muhammad beribadah sepanjang
Ramadan. Di gua ini pula
Muhammad menerima wahyu
pertamanya pada tanggal 17
Ramadan 12 SH/6 Agustus 610
M. Malaikat Jibril menemui dan
menyuruhnya membaca wahyu
Allah (Q.96:1-5).
DAKWAH
Ada dua tahap dakwah yang
dilakukan Muhammad. Pertama,
dakwah secara diam-diam selama
3 tahun. Keluarga dan sahabat
Nabi yang masuk Islam pada
tahap ini antara lain Khadijah,
Abu Bakar as-Siddiq, dan Ali bin
Abi Talib. Kedua, dakwah secara
terang-terangan, yang dilakukan
Nabi setelah turun perintah Allah
(Q.15:94). Dakwah ini
berlangsung hingga Nabi wafat.
Banyak sahabat yang memeluk
Islam pada masa ini, antara lain
Umar bin Khattab dan Usman
bin Affan.
AKSI MENENTANG DAKWAH
Kaum musyrik Kuraisy tak
mampu menghentikan dakwah
Muhammad. Berbagai cara
mereka lakukan, tapi hasilnya
tetap nihil. Mereka lalu
mengutus 10 orang untuk
menemui Abi Talib dan meminta
agar ia mau membujuk
keponakannya berhenti
berdakwah. Namun Muhammad
menolak permintaan tersebut.
Melihat keteguhan hati
Muhammad, Abi Talib akhirnya
mendukung keputusan
keponakannya itu dan berjanji
untuk selalu melindunginya dari
ancaman orang Kuraisy.
TAHUN DUKA CITA
Muhammad benar-benar sedih
ketika Abi Talib yang menjadi
pelindung utamanya wafat pada
bulan Ramadan 2 SH, dalam usia
87 tahun. Belum hilang
kesedihannya, Khadijah, istrinya
yang ia cintai dan selalu
mendampinginya dalam
perjuangan, juga meninggal
dunia. Muhammad sangat sedih
dengan wafatnya kedua orang
yang menjadi pembela risalahnya
itu. Karena itu, tahun ke- 10
kenabian ini disebut 'Am al-Huzn
(tahun duka cita).
ISRA MIKRAJ
Pada tahun ke-10 kenabian,
terjadi peristiwa Isra Mikraj. Allah
Swt. memperjalankan Nabi Saw.
pada malam hari (Isra) dari
Masjidilharam di Mekah ke
Masjidilaksa di Yerusalem,
kemudian membawanya naik
(mikraj) ke langit agar bisa
menyaksikan kekuasaan Allah
Swt. (Q.17:1). Dalam kesempatan
mi'raj itulah Nabi menerima
perintah dari Allah Swt. berupa
kewajiban menjalankan salat lima
waktu.
TA'IF
Gangguan kaum Kuraisy
terhadap Muhammad semakin
menjadi-jadi setelah paman dan
istrinya wafat. Pada bulan Syawal
tahun ke-10 kenabian,
Muhammad pergi ke luar kota
Mekah menuju Ta'if (65 km
sebelah tenggara Mekah)
bersama anak angkatnya, Zaid
bin Harisah, untuk menyebarkan
dakwah. Selama sepuluh hari,
Nabi Saw. menemui para
pemuka Bani Saqif. Namun
kehadiran Nabi di sana ditolak
oleh mereka.
IKRAR AQABAH
Suatu saat Nabi bertemu dengan
enam orang suku Aus dan
Khazraj dari Yatsrib. Nabi
menggunakan kesempatan ini
untuk memperkenalkan agama
Islam. Mereka pun lalu
menyatakan masuk Islam di
hadapan Nabi. Setelah pulang ke
Yatsrib, mereka memberitahukan
hal tersebut kepada penduduk
lainnya. Pada musim haji
berikutnya, datanglah delegasi
suku Aus dan Khazraj menemui
Nabi di Aqabah. Mereka
menyatakan ikrar kesetiaan
kepada Nabi, yang kemudian
dikenal dengan Ikrar Aqabah.
Mereka juga meminta agar Nabi
bersedia pindah ke Yatsrib untuk
menghindari gangguan orang
Kuraisy. Mereka berjanji akan
membela Nabi dari segala
ancaman.
RENCANA MEMBUNUH NABI
Sebelum hijrah ke Yatsrib, kaum
Kuraisy berencana membunuh
Nabi. Tapi rencana jahat itu
ketahuan sebelum terlaksana.
Ketika mereka mengepung
rumah Nabi, mereka hanya
menemukan Ali bin Abi Talib di
tempat tidur Nabi, sementara
Nabi dan Abu Bakar sudah pergi.
Ketika kaum Kuraisy mengejar,
Nabi dan Abu Bakar
bersembunyi di Gua Sur. Setelah
aman barulah mereka
melanjutkan perjalanan ke
Yatsrib.
HIJRAH KE MADINAH
Dua belas tahun sudah Nabi
berdakwah, tapi kaum Kuraisy
tetap belum mau menerima
risalah kenabiannya. Maka Nabi
hijrah ke Yatsrib. Setelah Nabi
hijrah, kota Yatsrib kemudian
dikenal dengan sebutan Madinah
an-Nabi (kota Nabi) atau
Madinah al- Munawwarah (kota
yang bercahaya).
MASJID QUBA
Sebelum sampai di Madinah,
Nabi dan Abu Bakar singgah di
Quba, sebuah desa yang
jaraknya 10 km dari Madinah.
Nabi tinggal di sana selama
beberapa hari, sambil menunggu
kedatangan Ali bin Abi Talib dari
Mekah. Di desa ini, Nabi
membangun Masjid Quba. Inilah
masjid pertama yang dibangun
oleh Nabi Saw. sebagai pusat
peribadatan. Peristiwa ini terjadi
pada tahun ke-12 kenabian
Muhammad.
PIAGAM MADINAH
Di Madinah, Nabi memimpin
penataan dan peletakan dasar-
dasar kehidupan bagi kaum
muslim dan penduduk Madinah
dalam beberapa langkah.
Pertama, mempererat tali
ukhuwah Islamiah (persaudaraan
Islam) antara kaum Muhajirin
dan Ansar yang sudah masuk
Islam. Kedua, membangun
Masjid Nabawi, sebagai tempat
untuk mewujudkan rasa
persaudaraan itu. Ketiga,
mengikat tali persaudaraan
dengan komunitas lain yang tidak
beragama Islam, yaitu kaum
Yahudi, Nasrani, dan Majusi.
Ikatan hubungan itu terwujud
dalam perjanjian yang disebut
dengan Misaq Madinah (Piagam
Madinah). Dengan dasar-dasar
itu, masyarakat Madinah bisa
disebut sebagai sebuah negara,
dengan Nabi Muhammad sebagai
kepala negara.
IZIN PERANG
Kendati Nabi dan pengikutnya
sudah hijrah ke Madinah, orang
Kuraisy terus mengganggu
mereka. Sementara itu kaum
Yahudi di Madinah iri melihat
kondisi militer, politik, dan
ekonomi kaum muslim semakin
baik. Mereka lantas
bersekongkol dengan kaum
Kuraisy untuk melumpuhkan
kaum muslim. Karena kaum
muslim semakin terancam, Allah
mengizinkan mereka untuk
berperang (Q.22:39-41). Setelah
mendapat izin Allah Swt., Nabi
dan kaum muslim lalu
memerangi orang Kuraisy dan
Yahudi. Ada beberapa
peperangan yang dipimpin Nabi,
misalnya Perang Badr, Perang
Uhud, Perang Khandaq (parit),
dan Fath Makkah.
PERJANJIAN HUDAIBIYAH
Pada tahun ke-6 hijrah, Nabi
bermimpi memasuki kota Mekah
dan bertawaf (mengelilingi
Ka'bah). Mimpi itu disampaikan
kepada para sahabat. Saat itu
pula, Nabi mengumumkan
kepada kaum muslim untuk
menunaikan ibadah haji di
Mekah. Namun kaum musyrik
Kuraisy menghalang- halangi
mereka. Kaum Kuraisy kemudian
mengutus Suhayl bin Amr untuk
bertemu dengan Nabi dan
membuat perjanjian perdamaian.
Nabi dan Suhayl menyepakati
syarat- syarat perdamaian itu.
Kalimat perjanjian ditulis oleh Ali
bin Abi Talib, atas perintah Nabi.
Perjanjian itu dikenal dengan
nama Perjanjian Hudaibiyah.
ISI PERJANJIAN HUDAIBIYAH
Kaum muslim dan kaum Kuraisy
mengadakan gencatan senjata
selama 10 tahun. Jika ada kaum
Kuraisy yang menyeberang ke
pihak Nabi tanpa seizin walinya,
ia harus dikembalikan kepada
mereka, tapi jika pengikut
Muhammad menyeberang ke
pihak musyrik Kuraisy, ia tidak
akan dikembalikan kepada
Muhammad. Kabilah-kabilah
Arab bebas bersekutu dengan
Muhammad ataupun dengan
orang Kuraisy. Pada tahun
tersebut (6H), Nabi dan
rombongan harus kembali ke
Madinah dan tidak boleh masuk
ke Mekah. Mereka juga harus
menunda ibadah haji hingga
tahun berikutnya, dengan syarat
tidak akan tinggal di Mekah lebih
dari tiga hari dan tidak membawa
senjata selain pedang di dalam
sarungnya.
'UMRAH AL-QADA'
Setahun setelah Perjanjian
Hudaibiyah ditandatangani, Nabi
dan kaum muslim dapat
memasuki kota Mekah untuk
beribadah haji di Ka'bah. Kaum
musyrik Kuraisy membiarkan
mereka tinggal di Mekah selama
tiga hari. Kesempatan ini
digunakan oleh Nabi dan kaum
muslim untuk menunaikan
umrah, yang disebut 'Umrah al-
Qada', pengganti umrah yang
tidak terlaksana pada tahun
sebelumnya karena dilarang
kaum musyrik Kuraisy.
PENYEBARAN ISLAM
Perjanjian Hudaibiyah
menciptakan suasana tenang dan
aman. Enam bulan setelah
perjanjian itu Nabi berdakwah
kepada para penguasa di sekitar
Arab, dengan cara mengirimkan
surat, antara lain kepada
penguasa Iran, Mesir, Abessinia,
Persia dan Romawi (Bizantium).
Surat Nabi seluruhnya berjumlah
sekitar 105 buah. Namun, tidak
semua teks surat itu disalin
lengkap. Surat itu berisi seruan
untuk masuk Islam. Setiap surat
dicap dengan stempel dari perak
yang diukir dengan tiga baris
kata: Muhammad, Rasul, Allah.
FATH MAKKAH
Suatu saat kaum Kuraisy
melanggar Perjanjian Hudaibiyah
dengan membantu sekutu
mereka menyerang sekutu kaum
muslim. Mengetahui hal itu, Nabi
segera menyiapkan sepuluh ribu
pasukan muslim untuk berangkat
ke Mekah. Pasukan muslim
memasuki kota Mekah tanpa
perlawanan dari kaum Kuraisy.
Peristiwa itu disebut Fath Makkah
(pembebasan Mekah). Di Mekah,
Nabi menghancurkan berhala-
berhala di sekeliling Ka'bah.
Setelah itu Nabi menyuruh Bilal
menyerukan azan dari atas
Ka'bah. Kemudian mereka
mendirikan salat berjemaah
dengan dipimpin oleh Rasulullah
Saw.
HAJI WADA'
Pada tahun ke-10 Hijrah, Nabi
menunaikan ibadah haji. Beliau
berangkat ke Mekah pada 28
Zulkaidah, setelah menunjuk Abu
Dujanah sebagai wakilnya di
Madinah. Pada 4 Zulhijah, Nabi
tiba di Mekah, dan langsung
masuk ke Masjidilharam melalui
pintu Bani Syaibah, serta
melakukan tawaf dan sai. Pada 8
Zulhijah, Nabi berangkat ke Mina
dan tinggal di sana hingga terbit
fajar. Pada pagi hari 9 Zulhijah,
Nabi berangkat ke Arafah
dengan diikuti oleh sekitar
100.000 jemaah. Pada ibadah haji
wada' (wadak) ini turun firman
Allah Swt. (Q.5:3) yang
menandakan bahwa Allah Swt.
telah menyempurnakan agama
Islam kepada umat-Nya dan
telah mencukupkan nikmat- Nya.
Perjalanan haji ini kemudian
disebut Haji wadak (haji
perpisahan), karena beberapa
bulan setelah ibadah haji itu Nabi
wafat.
WAFAT
Dua bulan setelah menunaikan
ibadah Haji Wadak, Nabi
menderita demam. Badannya
mulai lemah. Meskipun demikian
ia tetap memimpin salat
berjemaah. Namun setelah
merasa sangat lemah, ia
menunjuk Abu Bakar menjadi
penggantinya sebagai imam salat.
Setelah beberapa hari sakit, Nabi
dipanggil ke haribaan Allah Swt.
pada tanggal 12 Rabiulawal 11 H
atau 8 Juni 632 M. Nabi wafat
dalam usia 63 tahun. Abu Bakar
as-Siddiq kemudian ditunjuk oleh
kaum Muhajirin dan Ansar
sebagai Khalifah ar-Rasul
(pengganti Rasul).
UMMUL MUKMININ
Setelah Khadijah wafat,
Muhammad menikah lagi
sepuluh kali. Kesebelas istri Nabi
disebut Ummul Mukminin (ibu
orang- orang beriman). Nabi
menikahi para wanita tersebut
karena beberapa alasan, antara
lain untuk melindunginya dari
tekanan kaum musyrik,
membebaskannya dari status
tawanan perang, mengangkat
derajatnya, dan menciptakan
perdamaian dengan suku dari
wanita yang dinikahi oleh Nabi.
NABI MUHAMMAD SAW.
570 Lahir di Mekah pada tanggal
12 Rabiulawal Tahun Gajah atau
tanggal 20 April
595 Menikah dengan Khadijah
binti Khuwailid
610 Menerima wahyu pertama
617 Tahun Duka Cita ('Am al-
Huzn). Abi Talib dan Khadijah
wafat
619 Berdakwah ke Ta'if
621 Isra Mikraj
622 Hijrah ke Madinah
624 Perang Badr
625 Perang Uhud
626 Perang Khandaq
628 Perjanjian Hudaibiyah
629 Menunaikan 'Umrah al-
Qada'
630 Pembebasan kota Mekah
oleh kaum muslim
631 Tahun Perutusan ('Am al-
Bi'sah). Beberapa tokoh dan
delegasi dari berbagai penjuru
datang untuk menyatakan
keislaman mereka
632 Haji Wada'. Nabi Muhammad
wafat pada tanggal 12 Rabiulawal
11 H atau tanggal 8 Juni.
MUKJIZAT
Nabi Muhammad dikaruniai
sekitar 50 mukjizat. Dari sekian
banyak mukjizat itu, Al- Qur'an
merupakan mukjizat Nabi yang
paling besar pengaruhnya bagi
Islam dan dijadikan pegangan
hidup bagi setiap muslim. Tidak
ada yang dapat menyamai isi Al-
Qur'an hingga kini (Q.11:13).
Mu'jizat-mu'jizat Nabi yang lain,
misalnya: Nabi dapat mengetahui
isi hati lawan, tubuhnya
menebarkan bau harum, bumi
patuh atas perintahnya, dan Nabi
bisa mengeluarkan susu dari
seekor kambing kurus.
(sumber: Ensiklopedi Islam untuk
Pelajar - no.4)

Pengertian Nabi dan Rasul

1. Pengertian Nabi dan Rasul
Nabi dan Rasul adalah hamba-hamba Allah pilihan yang menerima wahyu dan risalah dari Allah SWT. Nabi adalah hamba Allah yang menerima wahyu untuk dirinya sendiri. Rasul adalah manusia pilihan yang menerima wahyu dan risalah dari Allah SWT dan bertanggung jawab menyampaikan menyampaikannya kepada ummat manusia. Setiap Rasul adalah Nabi, sedangkan Nabi belum tentu Rasul.
2. Jumlah Nabi dan Rasul
Jumlah Nabi dan Rasul sangat banyak. Namun yang tersebut dalam Al-Qur’an dan wajib kita imani berjumlah 25 orang. Mereka adalah Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Ya’qub, Yusuf, Suaib, Ayub, Zulkifli, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa dan Muhammad SAW.
Banyak Nabi dan Rasul lainnya yang tidak dikisahkan dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/1_pendahuluan_qs_an-nisa_ayat-164_iwlmb.gif?w=630
Artinya: “Dan (Kami telah mengutus) Rasul-Rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-Rasul yang Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.” (QS. An-Nisa’: 164)
Nabi dan Rasul Allah SWT tidaklah sama keutamaan dan kedudukan mereka, Allah telah melebihkan derajat sebagian Nabi dan Rasul atas sebagian yang lain. Allah SWT berfirman:
“Rasul-Rasul itu Kami sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat.” (QS. Al-Baqarah: 253)
Nabi Muhammad SAW adalah nabi akhir zaman, keberadaannya untuk menyempurnakan risalah dan syari’at Illahiyah dari para Nabi dan Rasul sebelumnya. Allah SWT berfirman:
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/2_pendahuluan_qs_al-ahzab_ayat-40_iwlmb.gif?w=630
Artinya: “Muhammad sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-Nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40)
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/3_pendahuluan_qs_al-maidah_ayat-3_iwlmb.gif?w=630
“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3)
3. Setiap Ummat Memiliki Rasul
Setiap ummat di dunia inimemiliki Rasul. Allah SWT mengutus setiap Rasul-Nya untuk tiap ummat sepanjang masa terus-menerus. Tidak ada satu ummat pun yang tidak punya Rasul. Hal ini supaya setiap ummat di muka bumi ini tetap beriman dan berbakti kepada Allah SWT serta menghindarkan kerusakan yang dilakukan oleh ummat tertentu. Karena Rasul diutus dengan tujuan mengingatkan mereka yang lalai dan memmberi kabar baik bagi yang ingat. Jadi setiap ummat memiliki Rasul. Allah berfirman:
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/4_pendahuluan_qs_an-nahl_ayat-63_iwlmb.gif?w=630
“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu.” (QS. An-Nahl: 63)
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/5_pendahuluan_qs_fatir_ayat-24_iwlmb.gif?w=630
“Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (QS. Fathir: 24)
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/6_pendahuluan_qs_yunus_ayat-47_iwlmb.gif?w=630
Artinya: “Tiap-tiap ummat memiliki Rasul, maka apabila telah datang Rasul mereka, diberilah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.” (QS. Yunus: 47)
4. Rasul Pasti Seorang Laki-Laki
Allah mengutus Rasul-Nya dari golongan manusia, bukan malaikat atau makhluk lain, serta berjenis kelamin lakki-laki. Allah SWT berfirman:
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/7_pendahuluan_qs_al-anbiya_ayat-7_iwlmb.gif?w=630
Artinya: “Kami tiada mengutus Rasul-Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka.” (QS. Al-Anbiya: 7)
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/8_pendahuluan_qs_al-isra_ayat-95_iwlmb.gif?w=630
Artinya: “Katakanlah: “Kalau seandainya ada mailakat-malaikat yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari langit kepada mereka malaikat menjadi Rasul.” (QS. Al-Isra’: 95)
5. Tujuan Diutusnya Rasul-Rasul
Rasul-Rasul diutus oleh Allah SWT dengan maksud dan tujuan yang sama, yakni mengajak manusia beribadah kepada Allah dan memurnikan keimanan hanya kepada-Nya, serta memberikan peringatan bagi mereka yang lalai. Allah SWT berfirman:
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/9_pendahuluan_qs_al-anbiya_ayat-25_iwlmb.gif?w=630
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (QS. Al-Anbiya’: 25)
Dalam ayat lain Allah berfirman:
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/10_pendahuluan_qs_an-nahl_ayat-36_iwlmb.gif?w=630
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu,” (QS. An-nahl: 36)
Dari ayat di atas, jelaslah bahwa tujuan utama diutusnya para Rasul adalah untuk menyeru manusia untuk beriman kepada Allah.
6. Nabi dan Rasul Terpelihara dari Dosa dan Noda (Ma’shum)
Para nabi dan Rasul Allah adalah manusia-manusia pilihan yang ditunjuk oleh Allah untuk mengemban misi Illahiyah di muka bumi sebagai penyeru kebaikan dan pemberi peringatan bagi yang lalai. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/11_pendahuluan_qs_ali-imran_ayat-33_iwlmb.gif?w=630
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala ummat.” (QS. Ali Imran: 33)
Para Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia pilihan yang benar-benar suci. Mereka telah dibersihkan dari berbagai macam keburukan, dipelihara dari macam-macam maksiat, baik besar maupun kecil. Allah berfirman:
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/12_pendahuluan_qs_ali-imran_ayat-161_iwlmb.gif?w=630
Artinya: “Tidak mungkin seorang Nabi berbuat khianat.” (QS. Ali Imran: 161)
Para Nabi dan Rasul juga dibekai keistimewaan-keistimewaan yang telah dimiliki oleh manusia pada umumnya. Mereka dibekali dengan budi pekerti yang luhur dan mulia, seperti sifat benar (shiddiq), dapat dipercaya (amanah), merasa cukup dengan karunia Allah (qana’ah) serta keberanian yang luar biasa dalam menentang kebathilan dan memerangi kesesatan. perilaku dan sifat yang mulia tersebut adalah suri tauladan yang baik bagi para pengikutnya. Para Nabi dan Rasul juga dibekali mukjizat, yaitu kejadian luar biasa yang hanya terjadi pada diri para Nabi dan Rasul atas izin Allah SWT. Allah memberikan mukjizat sebagai bukti atau hujjah bagi kebenaran risalah yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul-Nya.
Rasul-Rasul Ulul Azmi
Di antara para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah, terdapat Rasul-Rasul “Ulul Azmi” artinya yang mempunyai tekad yang kuat dan keteguhan tanpa batas. Mereka mengerahkan segala daya dan upaya dengan penuh kesabaran untuk menegakkan kalimat Allah dan membumikan syari’at Allah di muka bumi. Walaupun godaan dan tantangan serta bahaya datang silih berganti, mereka terus menjalankan misi ke-Nabian yang telah diamanahkan, dengan penuh ikhlas karena Allah semata. Allah menyuruh kepada Nabi Muhammad untuk mengambil suri tauladan dari para Rasul ulul azmi. Firman-Nya:
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/13_pendahuluan_qs_al-ahqaf_ayat-35_iwlmb.gif?w=630
Artinya: “Maka bersabarlah kamu seperti Rasul-Rasul ulul azmi.” (QS. Al-Ahqaf: 35)
Rasul-Rasul ulul azmi adalah:
1. Nuh AS
2.Ibrahim AS
3. Musa AS
4. Isa AS
5. Muhammad SAW
Allah telah menyebutkan nama-nama mereka dalam Al-Qur’an dalam dua buah ayat:
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/14_pendahuluan_qs_al-ahzab_ayat-7_iwlmb.gif?w=630
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Nabi-Nabi dan dari kamu (Muhammad), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putera Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.” (QS. Al-Ahzab: 7)
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/15_pendahuluan_qs_asy_syura_ayat-13_iwlmb.gif?w=630
Artinya: “Dia telah mensyari’atkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh, dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy-Syura: 13)
8. Nabi Muhammad SAW Penutup Risalah
Tugas utama para Nabi dan Rasul adalah menyeru ummat manusia untuk menyambah Allah dan meninggalkan sesembahan selain Allah. Allah berfirman:
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/16_pendahuluan_qs_an-nahl_ayat-36_iwlmb.gif?w=630
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah taghut itu.” (QS. An-Nahl: 36)
Kaitannya dengan hal ini para Nabi dan Rasul juga memperingatkan ummat bahwa Allah akan memberikan balasan yang setimpal dengan apa yang mereka lakukan. Yang durhaka dan melampaui batas Allah akan menimpakan adzab dan siksa, dan memberi ganjaran kebaikan di dunia dan akhirat bagi mereka yang taat dan berbakti kepada Allah SWT.
Setiap Nabi itu akan datang sesudah Nabi yang lain. Untuk lebih menyempurnakan ajaran yang telah di bawa oleh Nabi sebelumnya. Jadi bagaikan memperbaiki bangunan, maka Nabi yang baru datang seolah-olah sebagai penerus dan penyempurna, sehingga bangunan itu benar-benar sempurna. Namun para Nabi dan Rasul tersebut mengajarkan tata cara beribadah kepada Allah sesuai dengansituasi dan kondisi ummat pada saat itu. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Perumpamaanku dan perumpamaan semua Nabi itu adalah sebagaimana seorang yang mendirikan sebuah banguna (gedung), ia telah menyempurnakannya dan memperindahnya, orang yang mengunjungi dan melihat bangunan tersebut berkata: “Kami belum melihat bangunan sebagus ini kecuali sebuah batu bata ini, maka akulah batu bata itu” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Muhammad SAW adalah Nabi terakhir dan sebagai penyempurna risalah yang dibawa Nabi dan Rasul sebelumnya.
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/17_pendahuluan_qs_al-maidah_ayat-3_iwlmb.gif?w=630
Artinya; “Pada hari ini Aku telah menyempurnakan bagimu agamamu dan Aku telah sempurnakan nikmat-Ku padamu dan Aku rela Islam sebagai agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3)
Dengan kesempurnaan dan kelengkapan agama itu, maka selesailah tugas ke-Nabian dan tidak ada lagi nabi dan Rasul setelah Nabi Muhammad SAW. Allah SWT berfirman:
http://karuniaillahi.files.wordpress.com/2011/10/18_pendahuluan_qs_al-ahzab_ayat-40_iwlmb.gif?w=630
Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu tetapi ia adalah utusan Allah dan penutup Nabi-Nabi.” (QS. Al-Ahzab: 4)
Sumber: Judul Buku : Kisah 25 Nabi dan Rasul
Penyusun : Mahfan SPd
Penerbit : Sandro Jaya Jakarta
Kaligrafi Qur’an : Iwan Lemabang Sumber: Digital Qur’an Versi 3.1

Kamis, 19 Januari 2012

NABI MUHAMMAD SAW

Pada waktu umat manusia dalam kegelapan dan suasana jahiliyyah, lahirlah seorang bayi pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah di Makkah. Bayi yang dilahirkan bakal membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban manusia. Bapa bayi tersebut bernama Abdullah bin Abdul Mutallib yang telah wafat sebelum baginda dilahirkan iaitu sewaktu baginda 7 bulan dalam kandungan ibu. Ibunya bernama Aminah binti Wahab. Kehadiran bayi itu disambut dengan penuh kasih sayang dan dibawa ke ka'abah, kemudian diberikan nama Muhammad, nama yang belum pernah wujud sebelumnya.

Selepas itu Muhammad disusukan selama beberapa hari oleh Thuwaiba, budak suruhan Abu Lahab sementara menunggu kedatangan wanita dari Banu Sa'ad. Adat menyusukan bayi sudah menjadi kebiasaan bagi bangsawan-bangsawan Arab di Makkah. Akhir tiba juga wanita dari Banu Sa'ad yang bernama Halimah bin Abi-Dhuaib yang pada mulanya tidak mahu menerima baginda kerana Muhammad seorang anak yatim. Namun begitu, Halimah membawa pulang juga Muhammad ke pedalaman dengan harapan Tuhan akan memberkati keluarganya. Sejak diambilnya Muhammad sebagai anak susuan, kambing ternakan dan susu kambing-kambing tersebut semakin bertambah. Baginda telah tinggal selama 2 tahun di Sahara dan sesudah itu Halimah membawa baginda kembali kepada Aminah dan membawa pulang semula ke pedalaman.

Kisah Dua Malaikat dan Pembedahan Dada Muhammad

Pada usia dua tahun, baginda didatangi oleh dua orang malaikat yang muncul sebagai lelaki yang berpakaian putih. Mereka bertanggungjawab untuk membedah Muhammad. Pada ketika itu, Halimah dan suaminya tidak menyedari akan kejadian tersebut. Hanya anak mereka yang sebaya menyaksikan kedatangan kedua malaikat tersebut lalu mengkhabarkan kepada Halimah. Halimah lantas memeriksa keadaan Muhammad, namun tiada kesan yang aneh ditemui.

Muhammad tinggal di pedalaman bersama keluarga Halimah selama lima tahun. Selama itu baginda mendapat kasih sayang, kebebasan jiwa dan penjagaan yang baik daripada Halimah dan keluarganya. Selepas itu baginda dibawa pulang kepada datuknya Abdul Mutallib di Makkah.

Datuk baginda, Abdul Mutallib amat menyayangi baginda. Ketika Aminah membawa anaknya itu ke Madinah untuk bertemu dengan saudara-maranya, mereka ditemani oleh Umm Aiman, budak suruhan perempuan yang ditinggalkan oleh bapa baginda. Baginda ditunjukkan tempat wafatnya Abdullah serta tempat dia dikuburkan.

Sesudah sebulan mereka berada di Madinah, Aminah pun bersiap sedia untuk pulang semula ke Makkah. Dia dan rombongannya kembali ke Makkah menaiki dua ekor unta yang memang dibawa dari Makkah semasa mereka datang dahulu. Namun begitu, ketika mereka sampai di Abwa, ibunya pula jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia lalu dikuburkan di situ juga.
Muhammad dibawa pulang ke Makkah oleh Umm Aiman dengan perasaan yang sangat sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Tinggallah baginda dengan datuk yang dicintainya dan bapa-bapa saudaranya.

"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk" (Surah Ad-Dhuha, 93: 6-7)

Abdul Mutallib Wafat

Kegembiraannya bersama datuk baginda tidak bertahan lama. Ketika baginda berusia lapan tahun, datuk baginda pula meninggal dunia. Kematian Abdul Mutallib menjadi satu kehilangan besar buat Bani Hashim. Dia mempunyai keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, terhormat dan berpengaruh dikalangan orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para tetamu yang berziarah dan membantu penduduk Makkah yang dalam kesusahan.

Muhammad diasuh oleh Abu Talib

Selepas kewafatan datuk baginda, Abu Talib mengambil alih tugas bapanya untuk menjaga anak saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Talib kurang mampu berbanding saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus dan terhormat di kalangan orang-orang Quraisy.Abu Talib menyayangi Muhammad seperti dia menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti Muhammad yang mulia.

Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke Syam untuk berdagang sewaktu Muhammad berusia 12 tahun, mereka bertemu dengan seorang rahib Kristian yang telah dapat melihat tanda-tanda kenabian pada baginda. Lalu rahib tersebut menasihati Abu Talib supaya tidak pergi jauh ke daerah Syam kerana dikhuatiri orang-orang Yahudi akan menyakiti baginda sekiranya diketahui tanda-tanda tersebut. Abu Talib mengikut nasihat rahib tersebut dan dia tidaak banyak membawa harta dari perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan mengasuh anak-anaknya yang ramai. Muhammad juga telah menjadi sebahagian dari keluarganya. Baginda mengikut mereka ke pekan-pekan yang berdekatan dan mendengar sajak-sajak oleh penyair-penyair terkenal dan pidato-pidato oleh penduduk Yahudi yang anti Arab.

Baginda juga diberi tugas sebagai pengembala kambing. Baginda mengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Baginda selalu berfikir dan merenung tentang kejadian alam semasa menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu baginda jauh dari segala pemikiran manusia nafsu manusia duniawi. Baginda terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran yang diberikan iaitu "Al-Amin".

Selepas baginda mula meningkat dewasa, baginda disuruh oleh bapa saudaranya untuk membawa barang dagangan Khadijah binti Khuwailid, seorang peniaga yang kaya dan dihormati. Baginda melaksanakan tugasnya dengan penuh ikhlas dan jujur. Khadijah amat tertarik dengan perwatakan mulia baginda dan keupayaan baginda sebagai seorang pedagang. Lalu dia meluahkan rasa hatinya untuk berkahwin dengan Muhammad yang berusia 25 tahun ketika itu. Wanita bangsawan yang berusia 40 tahun itu sangat gembira apabila Muhammad menerima lamarannya lalu berlangsunglah perkahwinan mereka berdua. Bermulalah lembaran baru dalam hidup Muhammad dan Khadijah sebagai suami isteri.
Turunnya Wahyu Pertama

Pada usia 40 tahun, Muhammad telah menerima wahyu yang pertama dan diangkat sebagai nabi sekelian alam. Ketika itu, baginda berada di Gua Hira' dan sentiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia pada zaman itu. Maka datanglah Malaikat Jibril menyapa dan menyuruhnya membaca ayat quran yang pertama diturunkan kepada Muhammad.

"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan" (Al-'Alaq, 96: 1)

Rasulullah pulang dengan penuh rasa gementar lalu diselimuti oleh Khadijah yang cuba menenangkan baginda. Apabila semangat baginda mulai pulih, diceritakan kepada Khadijah tentang kejadian yang telah berlaku.

Kemudian baginda mula berdakwah secara sembunyi-sembunyi bermula dengan kaum kerabatnya untuk mengelakkan kecaman yang hebat daripada penduduk Makkah yang menyembah berhala. Khadijah isterinya adalah wanita pertama yang mempercayai kenabian baginda. Manakala Ali bin Abi Talib adalah lelaki pertama yang beriman dengan ajaran baginda.Dakwah yang sedemikian berlangsung selama tiga tahun di kalangan keluarganya sahaja.
Dakwah Secara Terang-terangan

Setelah turunnya wahyu memerintahkan baginda untuk berdakwah secara terang-terangan, maka Rasulullah pun mula menyebarkan ajaran Islam secara lebih meluas.

"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (Al-Hijr, 15:94)

Namun begitu, penduduk Quraisy menentang keras ajaran yang dibawa oleh baginda. Mereka memusuhi baginda dan para pengikut baginda termasuk Abu Lahab, bapa saudara baginda sendiri. Tidak pula bagi Abu Talib, dia selalu melindungi anak saudaranya itu namun dia sangat risau akan keselamatan Rasulullah memandangkan tentangan yang hebat dari kaum Quraisy itu. Lalu dia bertanya tentang rancangan Rasulullah seterusnya. Lantas jawab Rasulullah yang bermaksud:

"Wahai bapa saudaraku, andai matahari diletakkan diletakkan di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku menghentikan seruan ini, aku tidak akan menghentikannya sehingga agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku binasa kerananya"

Baginda menghadapi pelbagai tekanan, dugaan, penderitaan, cemuhan dan ejekan daripada penduduk-penduduk Makkah yang jahil dan keras hati untuk beriman dengan Allah. Bukan Rasulullah sahaja yang menerima tentangan yang sedemikian, malah para sahabatnya juga turut merasai penderitaan tersebut seperti Amar dan Bilal bin Rabah yang menerima siksaan yang berat.
Wafatnya Khadijah dan Abu Talib

Rasulullah amat sedih melihat tingkahlaku manusia ketika itu terutama kaum Quraisy kerana baginda tahu akan akibat yang akan diterima oleh mereka nanti. Kesedihan itu makin bertambah apabila isteri kesayangannya wafat pada tahun sepuluh kenabiaannya. Isteri bagindalah yang tidak pernah jemu membantu menyebarkan Islam dan mengorbankan jiwa serta hartanya untuk Islam. Dia juga tidak jemu menghiburkan Rasulullah di saat baginda dirundung kesedihan.

Pada tahun itu juga bapa saudara baginda Abu Talib yang mengasuhnya sejak kecil juga meninggal dunia. Maka bertambahlah kesedihan yang dirasai oleh Rasulullah kerana kehilangan orang-orang yang amat disayangi oleh baginda.
Hijrah Ke Madinah

Tekanan orang-orang kafir terhadap perjuangan Rasulullah semakin hebat selepas kepergian isteri dan bapa saudara baginda. Maka Rasulullah mengambil keputusan untuk berhijrah ke Madinah berikutan ancaman daripada kafir Quraisy untuk membunuh baginda.

Rasulullah disambut dengan meriahnya oleh para penduduk Madinah. Mereka digelar kaum Muhajirin manakala penduduk-penduduk Madinah dipanggil golongan Ansar. Seruan baginda diterima baik oleh kebanyakan para penduduk Madinah dan sebuah negara Islam didirikan di bawah pimpinan Rasulullas s.a.w sendiri.
Negara Islam Madinah

Negara Islam yang baru dibina di Madinah mendapat tentangan daripada kaum Quraisy di Makkah dan gangguan dari penduduk Yahudi serta kaum bukan Islam yang lain. Namun begitu, Nabi Muhammad s.a.w berjaya juga menubuhkan sebuah negara Islam yang mengamalkan sepenuhnya pentadbiran dan perundangan yang berlandaskan syariat Islam. Baginda dilantik sebagai ketua agama, tentera dan negara. Semua rakyat mendapat hak yang saksama. Piagam Madinah yang merupakan sebuah kanun atau perjanjian bertulis telah dibentuk. Piagam ini mengandungi beberapa fasal yang melibatkan hubungan antara semua rakyat termasuk kaum bukan Islam dan merangkumi aspek politik, sosial, agama, ekonomi dan ketenteraan. Kandungan piagam adalah berdasarkan wahyu dan dijadikan dasar undang-undang Madinah.

Islam adalah agama yang mementingkan kedamaian. Namun begitu, aspek pertahanan amat penting bagi melindungi agama, masyarakat dan negara. Rasulullah telah menyertai 27 kali ekspedisi tentera untuk mempertahan dan menegakkan keadilan Islam. Peperangan yang ditempuhi baginda ialah Perang Badar (623 M/2 H), Perang Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5 H) dan Perang Tabuk (630 M/9 H). Namun tidak semua peperangan diakhiri dengan kemenangan.

Pada tahun 625 M/ 4 Hijrah, Perjanjian Hudaibiyah telah dimeterai antara penduduk Islam Madinah dan kaum Musyrikin Makkah. Maka dengan itu, negara Islam Madinah telah diiktiraf. Nabi Muhammad s.a.w. juga telah berjaya membuka semula kota Makkah pada 630 M/9 H bersama dengan 10 000 orang para pengikutnya.

Perang terakhir yang disertai oleh Rasulullah ialah Perang Tabuk dan baginda dan pengikutnya berjaya mendapat kemenangan. Pada tahun berikutnya, baginda telah menunaikan haji bersama-sama dengan 100 000 orang pengikutnya. Baginda juga telah menyampaikan amanat baginda yang terakhir pada tahun itu juga. Sabda baginda yang bermaksud:

"Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahawa Tuhan kamu Maha Esa dan kamu semua adalah daripada satu keturunan iaitu keturunan Nabi Adam a.s. Semulia-mulia manusia di antara kamu di sisi Allah s.w.t. ialah orang yang paling bertakwa. Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara dan kamu tidak akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpegang teguh dengan dua perkara itu, iaitu kitab al-Quran dan Sunnah Rasulullah."
Wafatnya Nabi Muhammad s.a.w

Baginda telah wafat pada bulan Jun tahun 632 M/12 Rabiul Awal tahun 11 Hijrah. Baginda wafat setelah selesai melaksanakan tugasnya sebagai rasul dan pemimpin negara. Baginda berjaya membawa manusia ke jalan yang benar dan menjadi seorang pemimpin yang bertanggungjawab, berilmu dan berkebolehan. Rasulullah adalah contoh terbaik bagi semua manusia sepanjang zaman.

NABI ISA AS

Seorang lagi Nabi Allah yang diceritakan dari kecil di dalam al-Qur'an ialah Isa. Baginda diutus kepada kaum Bani Israil dengan kitab Injil yang diturunkan sebelum al-Qur'an.
Di dalam al-Qur'an, Nabi Isa disebut dengan empat panggilan iaitu Isa, Isa putera Mariam, putera Mariam, dan al-Masih.

Ibunya seorang yang sangat dimuliakan Allah. Dia memilihnya di atas semua perempuan di semua alam. Firman-Nya, "Dan ketika malaikat-malaikat berkata, 'Wahai Mariam, Allah memilih kamu, dan membersihkan kamu, dan Dia memilih kamu di atas semua perempuan di semua alam'" (3:42).

Mariam, ibu Nabi Isa, telah menempuh satu ujian yang amat berat daripada Allah. Dia dipilih untuk melahirkan seorang Nabi dengan tanpa disentuh oleh seseorang lelaki. Dia adalah seorang perempuan yang suci.

Kelahiran
Kelahiran Nabi Isa merupakan suatu mukjizat kerana dilahirkan tanpa bapa. Kisahnya diceritakan di dalam al-Qur'an. Di sini, ceritanya bermula dari kunjungan malaikat kepada Mariam atas perintah Allah. Ketika itu, malaikat menyerupai manusia dengan tanpa cacat. Kemunculan malaikat membuat Mariam menjadi takut lalu berkata,
"Aku berlindung pada Yang Pemurah daripada kamu, jika kamu bertakwa (takut kepada Tuhan)!'
Dia (malaikat) berkata, 'Aku hanyalah seorang rasul yang datang daripada Pemelihara kamu, untuk memberi kamu seorang anak lelaki yang suci.'" (19:18-19)
Pada ayat yang lain, diceritakan bahawa malaikat yang datang itu telah memberi nama kepada putera yang bakal dilahirkan. Nama itu diberi oleh Allah, dan dia (Isa) akan menjadi terhormat di dunia dan akhirat sambil berkedudukan dekat dengan Tuhan. Ayatnya berbunyi:
"Wahai Mariam, Allah menyampaikan kepada kamu berita gembira dengan satu Kata daripada-Nya, yang namanya al-Masih, Isa putera Mariam, terhormat di dunia dan di akhirat, daripada orang-orang yang didekatkan." (3:45)
Kemudian Mariam bertanya,
"Bagaimanakah aku akan ada seorang anak lelaki sedang tiada seorang manusia pun menyentuhku, dan bukan juga aku seorang jalang?" (19:20)
Malaikat menjawab,
"Dia (Allah) berkata, 'Begitulah; Pemelihara kamu telah berkata, 'Itu mudah bagi-Ku; dan supaya Kami membuat dia satu ayat (tanda) bagi manusia, dan satu pengasihan daripada Kami; ia adalah perkara yang telah ditentukan'" (19:21).
Maka lahirlah Isa putera Mariam lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Allah membuat Nabi Isa dan ibunya satu ayat (tanda) bagi manusia, iaitu tanda untuk menunjukkan kebesaran-Nya (23:50).
Allah juga menyatakan bahawa Nabi Isa adalah seperti Adam, walaupun Adam diwujudkan tanpa ibu dan bapa. Kesamaan mereka berdua adalah pada ciptaan. Kedua-duanya dicipta daripada tanah (3:59). Itu menunjukkan mereka adalah manusia biasa, kerana manusia dicipta daripada tanah.

Kerasulan dan Kenabian
Isa adalah seorang Nabi dan juga seorang Rasul. Baginda dan beberapa orang rasul telah dilebihkan Allah daripada rasul-rasul lain. Ada yang Dia berkata-kata kepadanya, ada yang Dia menaikkan darjat, dan bagi Isa, Dia memberi bukti-bukti yang jelas serta mengukuhkannya dengan Roh Suci. Firman-Nya:
"Dan rasul-rasul itu, sebahagian Kami melebihkan di atas sebahagian yang lain. Sebahagian ada yang kepadanya Allah berkata-kata, dan sebahagian Dia menaikkan darjat. Dan Kami memberikan Isa putera Mariam bukti-bukti yang jelas, dan Kami mengukuhkan dia dengan Roh Qudus (Suci)." (2:253)
Namun begitu, manusia dilarang oleh Allah untuk membeza-bezakan antara para rasul dan Nabi. Larangan itu berbunyi,
"Katakanlah, 'Kami percaya kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim, dan Ismail, dan Ishak, dan Yaakub, dan puak-puak, dan apa yang diberi kepada Musa, dan Isa, dan apa yang diberi kepada Nabi-Nabi daripada Pemelihara mereka. Kami tidak membeza-bezakan seorang pun antara mereka, dan kepada-Nya kami muslim.'" (2:136)
Akibat membeza-bezakan Nabi atau Rasul dapat dilihat pada hari ini, iaitu Nabi Isa dipercayai oleh sesetengah pihak sebagai Tuhan atau anak Tuhan, dan Nabi Muhammad, dianggap macam Tuhan, yang berhak membuat hukum agama.

Ajaran
Oleh kerana Isa seorang Nabi baginda diberi sebuah Kitab, Injil, yang mengandungi petunjuk dan cahaya untuk menjadi pegangan Bani Israil. Selain menyuruh Bani Israil menyembah Allah dengan mentaati Injil, baginda mengesahkan kitab Taurat yang diturunkan sebelumnya. Dua firman Allah menjelaskannya di sini, berbunyi:
"Dan Kami mengutus, menyusuli jejak-jejak mereka, Isa putera Mariam, dengan mengesahkan Taurat yang sebelumnya; dan Kami memberinya Injil, di dalamnya petunjuk dan cahaya," (5:46) dan,
"Aku (Isa) hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.'" (5:117)
Turut disebut di dalam Injil (dan Taurat) ialah berita mengenai kedatangan seorang Nabi berbangsa Arab, atau ummiy (7:157), dan janji dikurniakan Taman atau Syurga bagi orang-orang yang berperang di jalan Allah (9:111). Janji itu juga didapati di dalam Taurat dan al-Qur'an.
Ketika baginda diutus, manusia sedang berselisih dalam hal agama. Maka kedatangannya adalah juga untuk memperjelaskan apa yang diperselisihkan. Firman Allah:
"dia (Isa) berkata, 'Aku datang kepada kamu dengan kebijaksanaan, dan supaya aku memperjelaskan kepada kamu sebahagian apa yang dalamnya kamu memperselisihkan; maka kamu takutilah Allah, dan taatlah kepadaku.'" (43:63)
Baginda juga memberitahu tentang kedatangan seorang rasul selepas baginda, yang namanya akan dipuji. Ayat yang mengisahkannya berbunyi:
"Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku (Isa) rasul Allah kepada kamu, mengesahkan Taurat yang sebelum aku, dan memberi berita gembira dengan seorang rasul yang akan datang selepas aku, namanya ahmad (dipuji).” (61:6)
Pengikut setia
Seperti Nabi atau Rasul yang lain, baginda mempunyai pengikut-pengikut yang setia dan juga yang tidak setia atau yang menentang. Pengikut-pengikutnya yang setia percaya kepada Allah dan kepadanya. Mereka adalah muslim. Firman Allah:
"Dan ketika Aku mewahyukan pengikut-pengikut yang setia, 'Percayalah kepada-Ku, dan rasul-Ku'; mereka berkata, 'Kami percaya, dan saksilah Engkau akan kemusliman kami.'" (5:111)
Pengikut-pengikut yang setia pula menjadi penolong-penolong, bukan baginya tetapi bagi Allah. Firman-Nya:
"Berkatalah pengikut-pengikutnya yang setia, 'Kami akan menjadi penolong-penolong Allah; kami percaya kepada Allah, dan saksilah kamu akan kemusliman kami.'" (3:52)
Begitu juga bagi pengikut-pengikut setia Nabi-Nabi lain, termasuk Muhammad. Semuanya menjadi penolong-penolong Allah, untuk melaksana dan menyampaikan mesej-Nya. Firman Allah:
"Wahai orang-orang yang percaya, jadilah kamu penolong-penolong Allah, sebagaimana Isa putera Mariam berkata kepada pengikut-pengikut yang setia, 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolong aku bagi Allah?' Pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Kami akan menjadi penolong-penolong Allah.'" (61:14)
Walau bagaimana pun, pengikut-pengikut Nabi Isa yang setia memerlukan bukti selanjut untuk megesahkan kebenarannya dan supaya hati mereka menjadi tenteram. Untuk itu mereka memohon sebuah meja hidangan dari langit. Kisahnya berbunyi begini:
"Dan apabila pengikut-pengikut yang setia berkata, 'Wahai Isa putera Mariam, bolehkah Pemelihara kamu menurunkan kepada kami sebuah meja hidangan dari langit?'
Dia (Isa) berkata, 'Kamu takutilah Allah, jika kamu orang-orang mukmin.'
Mereka berkata, 'Kami menghendaki untuk memakan daripadanya, dan hati kami menjadi tenteram, supaya kami mengetahui bahawa kamu berkata benar kepada kami, dan supaya kami adalah antara para saksinya.'" (5:112-113)
Justeru itu, Isa memohon kepada Allah,
"Ya Allah, Pemelihara kami, turunkanlah kepada kami sebuah meja hidangan dari langit, yang akan menjadi bagi kami satu perayaan, yang pertama dan yang akhir bagi kami, dan satu ayat (tanda) daripada Engkau. Dan berilah rezeki untuk kami; Engkau yang terbaik daripada pemberi-pemberi rezeki." (5:114)
Allah mengabulkan permintaannya. Lantas, meja hidangan yang turun menjadi satu lagi mukjizat bagi Nabi Isa. Dan ia juga menjadi nama sebuah surah di dalam al-Qur'an, iaitu surah kelima, al-Maidah.

Mukjizat
Selain daripada kelahiran yang luar biasa dan meja hidangan, Nabi Isa telah dikurniakan dengan beberapa mukjizat lain. Ayat berikut menjelaskannya:
"Ketika Allah berkata, 'Wahai Isa putera Mariam, ingatlah akan rahmat-Ku ke atas kamu, dan ke atas ibu kamu, apabila Aku mengukuhkan kamu dengan Roh Qudus (Suci), untuk berkata-kata kepada manusia di dalam buaian dan setelah dewasa ..... dan apabila kamu mencipta daripada tanah liat, dengan izin-Ku, yang seperti bentuk burung, dan kamu menghembuskan ke dalamnya, lalu jadilah ia seekor burung, dengan izin-Ku, dan kamu menyembuhkan orang buta, dan orang sakit kusta, dengan izin-Ku, dan kamu mengeluarkan orang yang mati, dengan izin-Ku' ..... lalu orang-orang yang tidak percaya antara mereka berkata, 'Tiadalah ini, melainkan sihir yang nyata.'" (5:110)
Walaupun Nabi Muhammad hanya diberi satu mukjizat, manusia ditegah daripada berkata bahawa Nabi Isa adalah lebih mulia daripada Nabi Muhammad. Kerana, seperti yang sudah maklum, amalan membeza-beza para Nabi dan Rasul dilarang Allah. (Sila rujuk Tidak Mempercayai Mukjizat Nabi?

Wafat
Tidak seperti kepercayaan sesetengah orang iaitu Nabi Isa tidak wafat semasa disalib tetapi diangkat naik ke langit. Sebenarnya, Nabi Isa telah wafat di bumi, namun bukan disalib. Baginda telah wafat selepas peristiwa penyaliban ke atasnya di sebuah tempat lain yang tidak diceritakan di dalam al-Qur'an. Besar kemungkinan baginda telah melarikan diri dari tempat baginda dijatuhkan hukum.
Bukti yang menunjukkan baginda telah wafat di bumi terdapat pada ayat-ayat berikut:
"Apabila Allah berkata, 'Wahai Isa, Aku akan mematikan kamu, dan menaikkan kamu kepada-Ku, dan Aku membersihkan kamu daripada orang-orang yang tidak percaya .....'" (3:55)
"Dan aku (Isa) seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu." (5:117)
Akan tetapi, sebahagian daripada kaum Bani Israil mengatakan bahawa mereka telah membunuhnya disalib. Allah mengatakan yang sebaliknya pula. Apa yang berlaku hanya satu kesamaan sahaja. Firman-Nya:
"ucapan mereka, 'Kami telah membunuh al-Masih, Isa putera Mariam, rasul Allah.' Tetapi mereka tidak membunuhnya, dan tidak juga menyalibnya, tetapi hanya satu kesamaan yang ditunjukkan kepada mereka. Orang-orang yang berselisih mengenainya benar-benar dalam keraguan terhadapnya; mereka tidak ada pengetahuan mengenainya, kecuali mengikuti sangkaan; mereka tidak membunuhnya, yakinlah." (4:157)
Telah wujud lagi kepercayaan terhadap Nabi Isa yang tidak disahkan Allah di dalam al-Qur'an, iaitu baginda akan muncul lagi di bumi buat kali kedua. Itu tidak benar. (Sila rujuk artikel Menanya Ustaz: kedatangan Imam Mahadi & Nabi Isa dan Imam Mahadi di ruangan Soalan Lazim. Terima kasih.)

Terpesong
Setelah Isa wafat, beberapa perkara telah berlaku. Pertama, orang-orang yang mengaku pengikut baginda telah menubuhkan sistem berahib, atau berpaderi, atau sistem berulama dalam agama. Sistem itu tidak dianjurkan oleh Allah. Firman-Nya:
"Dan rahbaniyah (sistem berahib) yang mereka reka - Kami tidak menuliskan (menetapkan) untuk mereka" (57:27).
Kemudian, antara mereka bersetuju untuk mengangkat Nabi Isa sebagai Tuhan atau anak Tuhan, mungkin kerana kelahiran yang luar biasa dan mukjizat-mukjizatnya. Mereka yang berbuat demikian telah terpesong dalam kepercayaan lalu menjadi kafir. Firman-Nya:
"Merekalah orang-orang yang tidak percaya (kafir), yang berkata, 'Sesungguhnya Allah, Dia ialah al-Masih putera Mariam'" (5:17), dan
"orang-orang Kristian berkata, 'Al-Masih ialah putera Allah.' Itu adalah ucapan daripada mulut mereka, menurut ucapan orang-orang yang tidak percaya sebelum mereka. Allah memerangi mereka! Bagaimanakah mereka dipalingkan?" (9:30)
Satu bukti telah didatangkan Allah untuk menunjukkan kepalsuan kepercayaan mereka. Buktinya adalah pada amalan memakan makanan, berbunyi:
"Al-Masih, putera Mariam, hanyalah seorang rasul; rasul-rasul sebelum dia telah berlalu. Ibunya seorang wanita yang benar; mereka berdua makan makanan. Perhatikanlah bagaimana Kami memperjelaskan ayat-ayat kepada mereka, kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling." (5:75)
Nabi Isa dan ibunya makan makanan. Tetapi Tuhan tidak makan. Kalau Dia makan tentu Dia mempunyai sebuah "pintu kecil" untuk mengeluarkan makanan yang tidak diperlukan lagi. Tuhan tidak ada pintu tersebut seperti yang terdapat di bahagian belakang badan manusia atau haiwan.
Sekiranya hujah itu disampaikan kepada orang-orang yang mempercayai Nabi Isa itu Tuhan atau anak-Nya, tentu mereka akan berpaling juga dan tetap dengan kepercayaan mereka. Begitulah manusia dengan kepercayaan agamanya. Mereka lupa menggunakan akal.
Akhirat
Kepercayaan serupa itu sungguh berat di sisi Allah sehingga Nabi Isa akan ditanya di akhirat. Baginda akan ditanya sama ada baginda telah menyatakan bahawa baginda dan ibunya adalah tuhan-tuhan selain daripada Allah. Pertanyaan-Nya berbunyi:
"Wahai Isa putera Mariam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Ambillah aku dan ibuku sebagai tuhan-tuhan selain daripada Allah'?" (5:116)
Nabi Isa akan menjawab:
"Kepada Engkau sanjungan! Tiadalah bagiku untukku mengatakan apa yang aku tiada hak dengannya. Jika aku mengatakannya, Engkau mengetahuinya, dengan mengetahui apa yang di dalam jiwaku, dan aku tidak mengetahui apa yang di dalam jiwa Engkau; sesungguhnya Engkaulah yang mengetahui yang ghaib." (5:116)
Jawapannya bersambung lagi:
"Aku hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku dengannya: 'Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.' Dan aku seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke atas mereka; Engkau saksi atas segala sesuatu." (5:117)
Nabi Muhammad juga akan ditanya di akhirat atas sesuatu yang amat berat juga. Baginda ditanya mengenai sambutan kaumnya terhadap al-Qur'an. Jawapan baginda berbunyi:
"Wahai Pemeliharaku, sesungguhnya kaumku mengambil al-Qur'an ini sebagai suatu yang tidak dipedulikan." (25:30)
Itulah yang berlaku pada hari ini. Ajaran al-Qur'an tidak dipedulikan. Namun, masa masih ada untuk semua kembali kepada ajaran al-Qur'an.