Aslkm Sobat_Q smua-a.
Mungkin tidak smua orang tau tentang kisah Nabi Uzair as ini. Brikut saya share buat kamu smua.
Allah SWT berfirman:
"Atau
apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang
(temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: 'Bagaimana Allah
menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?', maka Allah mematikan
orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah
bertanya: 'Berapa lama hamu tinggal di sini ?' Ia menjawab: 'Saya
tinggal di sini sehari atau setengah hari.' Allah berfirman: 'Sebenarnya
kamu tinggal di sini selama seratus tahun lamanya; lihatlah kepada
makanan dan minumanmu yang belum berubah; dan lihatlah kepada keledaimu
itu (yang telah menjadi tulang-belulang): Kami akan menjadikan kamu
tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang-belulang
keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami
membalutnya dengan daging.' Maka tatkala telah nyata kepadanya
(bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: 'Saya
yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.'" (QS. al-Baqarah:
256)
Yang populer
menurut kaum salaf dan kaum khalaf bahwa Uzair adalah pahlawan dalam
kisah ini yang diceritakan oleh Allah SWT. Dikatakan bahwa Uzair adalah
seorang Nabi dari nabi-nabi Bani Israil. Dia-lah yang menjaga Taurat,
lalu terjadilah peristiwa yang sangat mengagumkan padanya. Allah SWT
telah mematikannya selama seratus tahun kemudian ia dibangkitkan
kembali. Selama Uzair tidur satu abad penuh, terjadilah peperangan yang
didalangi oleh Bakhtansir di mana ia membakar Taurat. Tidak ada sesuatu
pun yang tersisa kecuali yang dijaga oleh kaum lelaki. Mukjizat yang
terjadi pada Nabi Uzair adalah sumber fitnah yang luar biasa di tengah
kaumnya.
Pada suatu
hari, tampak bahwa cuaca sangat panas dan segala sesuatu merasa
kehausan. Sementara itu, desa yang ditinggali oleh Uzair hari itu tampak
tenang karena sedang melalui musim panas di mana sedikit sekali
aktifitas di dalamnya. Uzair berpikir bahwa kebunnya butuh untuk diairi.
Kebun itu cukup jauh dan jalan menuju ke sana sangat berat dan
disela-selai dengan kuburan. Sebelumnya, tempat itu adalah kota yang
indah dan ramai di mana penghuninya cukup asyik tinggal di dalamnya lalu
ia menjadi kota mati.
Uzair
berpikir dalam hatinya bahwa pohon-pohon di kebunnya pasti merasakan
kehausan lalu ia menetapkan untuk pergi memberinya minum. Hamba yang
saleh dan salah seorang nabi dari Bani Israil ini pergi dari desanya.
Matahari tampak masih baru memasuki waktu siang. Uzair menunggang
keledainya dan memulai perjalanannya. Beliau tetap berjalan hingga
sampai di kebun. Beliau mengetahui bahwa pohon-pohonnya tampak kehausan
dan tanahnya tampak terbelah dan kering. Uzair menyirami kebunya dan ia
memetik dari kebun itu buah tin (sebagian buah tin) dan mengambil pohon
anggur. Beliau meletakkan buah tin di satu keranjang dan meletakkan buah
anggur di keranjang yang lain. Kemudian ia kembali dari kebun sehingga
keledai yang dibawanya berjalan di tengah-tengah terik matahari.
Di
tengah-tengah perjalanan, Uzair berpikir tentang tugasya yang harus
dilakukan besok. Tugas pertama yang harus dilakukannya adalah
mengeluarkan Taurat dari tempat persembunyiannya dan meletakkannya di
tempat ibadah. Beliau berpikir untuk membawa makanan dan mernikirkan
tentang anaknya yang masih kecil, di mana beliau teringat oleh
senyumannya yang manis, dan beliau pun terus berjalan dan semakin cepat.
Beliau menginginkan keledainya untuk berjalan lebih cepat.
Lalu
Uzair sampai di suatu kuburan. Udara panas saat itu semakin menyengat
dan keledai tampak kepayahan. Tubuhnya diselimuti dengan keringat yang
tampak menyala karena tertimpa sinar matahari. Keledai itu pun mulai
memperlambat langkahnya ketika sampai di kuburan. Uzair berkata kepada
dirinya: Mungkin aku lebih baik berhenti sebentar untuk beristirahat,
dan aku akan mengistirahatkan keledai. Lalu aku akan makan siang. Uzair
turun dari keledainya di salah satu kuburan yang rusak dan sepi. Semua
desa itu menjadi kuburan yang hancur dan sunyi. Uzair mengeluarkan
piring yang dibawanya dan duduk di suatu naungan. Ia mengikat keledai di
suatu dinding, lalu ia mengeluarkan sebagian roti kering dan menaruhnya
di sampingnya. Selanjutnya, ia memeras di piringnya anggur dan
meletakkan roti yang kering itu di bawah perasan anggur. Uzair
menyandarkan punggungnya di dinding dan agak menjulurkan kakinya. Uzair
menunggu sampai roti itu tidak kering dan tidak keras. Kemudian Uzair
mulai mengamati keadaan di sekelilinginya dan tampak keheningan dan
kehancuran meliputi tempat itu: rumah-rumah hancur berantakan dan tampak
tiang-tiang pun akan hancur, pohon-pohon sedikit saja terdapat di
tempat itu yang tampak akan mati karena kehausan, tulang-tulang yang
mati yang dikuburkan di sana berubah menjadi tanah. Alhasil, keheningan
menyeliputi tempat itu. Uzair merasakan betapa kerasnya kehancuran di
situ dan ia bertanya dalam dirinya sendiri: bagaimana Allah SWT
menghidupkan semua ini setelah kematiannya? "Bagaimana Allah
menghidupkan hembali negm ini setelah hancur?"
Uzair
bertanya: bagaimana Allah SWT menghidupkan tulang-tulang ini setelah
kematiannya, di mana ia berubah menjadi sesuatu yang menyerupai tanah.
Uzair tidak meragukan bahwa Allah SWT mampu menghidupkan tulang-tulang
ini, tetapi ia mengatakan yang demikian itu karena rasa heran dan
kekaguman. Belum lama Uzair merigatakan kalimatnya itu sehingga ia mati.
Allah SWT mengutus malaikat maut padanya lalu rohnya dicabut sementara
keledai yang dibawanya masih ada di tempatnya ketika melihat tuannya
sudah tidak lagi berdaya. Keledai itu tetap di tempatnya sehingga
matahari tenggelam lalu datanglah waktu Subuh. Keledai berusaha
berpindah dari tempatnya tetapi ia terikat. Ia pun masih ada di
tempatnya dan tidak bisa melepaskan ikatannya sehingga ia mati
kelaparan.
Kemudian
penduduk desa Uzair merasa gelisah dan mereka ramai-ramai mencari Uzair
di kebunnya, tetapi di sana mereka tidak menemukannya. Mereka kembali ke
desa dan tidak menemukannya. Lalu mereka menetapkan beberapa kelompok
untuk mencarinya. Akhirnya, kelompok-kelompok ini mencari ke segala
penjuru tetapi mereka tidak menemukan Uzair dan tidak menemukan
keledainya. Kelompok-kelompok ini melewati kuburan yang di situ Uzair
meninggal, namun mereka tidak berhenti di situ. Tampak bahwa di tempat
itu hanya diliputi keheningan. Seandainya Uzair ada di sana niscaya
mereka akan mendengar suaranya. Kemudian kuburan yang hancur ini sangat
menakutkan bagi mereka, karena itu mereka tidak mencari di dalamnya.
Lalu
berlalulah hari demi hari, dan orang-orang putus asa dari mencari
Uzair, dan anak-anaknya merasa bahwa mereka tidak akan melihat Uzair
kedua kalinya dan istrinya mengetahui bahwa Uzair tidak mampu lagi
memelihara anaknya dan menuangkan rasa cintanya kepada mereka sehingga
istrinya itu menangis lama sekali. Sesuai dengan perjalanan waktu, maka
air mata pun menjadi kering dan penderitaan makin berkurang. Akhirnya,
manusia mulai melupakan Uzair dan mereka tetap menjalankan tugas mereka
masing-masing. Dan berjalanlah tahun demi tahun dan masyarakat mulai
melupakan Uzair kecuali anaknya yang paling kecil dan seorang wanita
yang bekerja di rumah mereka di mana Uzair sangat cinta kepadanya. Usia
wanita itu dua puluh tahun ketika Uzair keluar dari desa.
Berlalulah
sepuluh tahun, dua puluh tahun, delapan puluh tahun, sembilan puluh
tahun sehingga sampai satu abad penuh. Allah SWT berkehendak untuk
membangkitkan Uzair kembali. Allah SWT mengutus seorang malaikat yang
meletakkan cahaya pada hati Uzair sehingga ia melihat bagaimana Allah
SWT menghidupkan orang-orang mati. Uzair telah mati selama seratus
tahun. Meskipun demikian, ia dapat berubah dari tanah menjadi tulang,
menjadi daging, dan kemudian menjadi kulit. Allah SWT membangkitkan di
dalamnya kehidupan dengan perintah-Nya sehingga ia mampu bangkit dan
duduk di tempatnya dan memperhatikan dengan kedua matanya apa yang
terjadi di sekelilingnya.
Uzair
bangun dari kematian yang dijalaninya selama seratus tahun. Matanya
mulai memandang apa yang ada di sekelilingnya lalu ia melihat kuburan di
sekitarnya. Ia mengingat-ingat bahwa ia telah tertidur. Ia kembali dari
kebunnya ke desa lalu tertidur di kuburan itu. Inilah peristiwa yang
dialaminya. Matahari bersiap-siap untuk tenggelam sementara ia masih
tertidur di waktu Dzuhur. Uzair berkata dalam dirinya: Aku tertidur
cukup lama. Barangkali sejak Dzuhur sampai Maghrib. Malaikat yang diutus
oleh Allah SWT membangunkannya dan bertanya: "Berapa lama kamu tinggal
di sini?"
Malaikat
bertanya kepadanya: "Berapa jam engkau tidur?" Uzair menjawab: "Saya
tinggal di sini sehari atau setengah hari." Malaikat vang mulia itu
berkata kepadanya: "Sebenarnya kamu tinggal di sini selama seratus
tahun lamanya. " Engkau tidur selama seratus tahun. Allah SWT
mematikanmu lalu menghidupkanmu agar engkau mengetahui jawaban dari
pertanyaannmu ketika engkau merasa heran dari kebangkitan yang dialami
oleh orang-orang yang mati. Uzair merasakan keheranan yang luar biasa
sehingga tumbuhlah keimanan pada dirinya terhadap kekuasaan al-Khaliq
(Sang Pencipta). Malaikat berkata sambil menunjuk makanan Uzair:
"Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum berubah."
Uzair
melihat buah tin itu lalu ia mendapatinya seperti semula di mana
warnanya tidak berubah dan rasanya pun tidak berubah. Telah berlalu
seratus tahun tetapi bagaimana mungkin makanan itu tidak berubah? Lalu
Uzair melihat piring yang di situ ia memeras buah anggur dan meletakkan
di dalamnya roti yang kering, dan ia mendapatinya seperti semula di mana
minuman anggur itu masih layak untuk diminum dan roti pun masih tampak
seperti semula, di mana kerasnya dan keringnya roti itu dapat
dihilangkan ketika dicampur dengan perasan anggur. Uzair merasakan
keheranan yang luar biasa, bagaimana mungkin seratus tahun terjadi
sementara perasan anggur itu tetap seperti semula dan tidak berubah.
Malaikat merasa bahwa seakan-akan Uzair masih belum percaya atas apa
yang dikatakannya. Karena itu, malaikat menunjuk keledainya sambil
berkata: "Dan lihatlah kepada keledaimu itu (yang telah menjadi
tulang-belulang)."
Uzair
pun melihat ke keledainya tetapi ia tidak mendapati kecuali ia tanah
dari tulang-tulang keledainya. Malaikat berkata kepadanya: "Apakah
engkau ingin melihat bagaimana Allah SWT membangkitkan orang-orang yang
mati? Lihatlah ke tanah yang di situ terletak keledaimu." Kemudian
malaikat memanggil tulang-tulang keledai itu lalu atom-atom tanah itu
memenuhi panggilan malaikat sehingga ia mulai berkumpul dan bergerak
dari setiap arah lalu terbentuklah tulang-tulang. Malaikat memerintakan
otot-otot syaraf daging untuk bersatu sehingga daging melekat pada
tulang-tulang keledai. Sementara itu, Uzair memperhatikan semua proses
itu. Akhirnya, terbentuklah tulang dan tumbuh di atasnya kulit dan
rambut.
Alhasil,
keledai itu kembali seperti semula setelah menjalani kematian. Malaikat
memerintahkan agar roh keledai itu kembali kepadanya dan keledai pun
bangkit dan berdiri. Ia mulai mengangkat ekornya dan bersuara. Uzair
menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah SWT tersebut terjadi di
depannya. Ia melihat bagaimana mukjizat Allah SWT yang berupa
kebangkitan orang-orang yang mati setelah mereka menjadi tulang belulang
dan tanah. Setelah melihat mukjizat yang terjadi di depannya, Uzair
berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. "
Uzair
bangkit dan menunggangi keledainya menuju desanya. Allah SWT
berkehendak untuk menjadikan Uzair sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya
kepada masyarakat dan mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas
kebenaran kebangkitan dan hari kiamat. Uzair memasuki desanya pada waktu
Maghrib. Ia tidak percaya melihat perubahan yang terjadi di desanya di
mana rumah-rumah dan jalan-jalan sudah berubah, begitu juga manusia dan
anak-anak yang ditemuinya. Tak seorang pun di situ yang mengenalinya.
sebaliknya, ia pun tidak mengenali mereka. Uzair meninggalkan desanya
saat beliau berusia empat puluh tahun dan kembali kepadanya dan usianya
masih empat puluh tahun. Tetapi desanya sudah menjalani waktu seratus
tahun sehingga rumah-rumah telah hancur dan jalan-jalan pun telah
berubah dan wajah-wajah baru menghiasi tempat itu.
Uzair
berkata dalam dirinya: Aku akan mencari seorang lelaki tua atau
perempuan tua yang masih mengingat aku. Uzair terus mencari sehingga ia
menemukan pembantunya yang ditinggalnya saat berusia dua puluh tahun.
Kini, usia pembantu itu mencapai seratus dua puluh tahun di mana
kekuatannya sudah sangat merosot dan giginya sudah ompong dan matanya
sudah lemah. Uzair bertanya kepadanya: "Wahai perempuan yang baik, di
mana rumah Uzair." Wanita itu menangis dan berkata: "Tak seorang pun
vang mengingatnya. Ia telah keluar sejak seratus tahun dan tidak kembali
lagi. Semoga Allah SWT merahmatinya." Uzair berkata kepada wanita itu:
"Sungguh aku adalah Uzair. Tidakkah engkau mengenal aku? Allah SWT telah
mematikan aku selama seratus tahun dan telah membangkitkan aku dari
kematian." wanita itu keheranan dan tidak mempercayai omongan itu.
Wanita itu berkata: "Uzair adalah seseorang yang doanya dikabulkan.
Kalau kamu memang Uzair, maka berdoalah kepada Allah SWT agar aku dapat
melihat sehingga aku dapat berjalan dan mengenalmu." Lalu Uzair berdoa
untuk wanita itu sehingga Allah SWT mengembalikan penglihatan matanya
dan kekuatannya. Wanita itu pun mengenali Uzair. Lalu ia segera berlari
di negeri itu dan berteriak: "Sungguh Uzair telah kembali." Mendengar
teriakan wanita itu, masyarakat bingung dan merasa heran. Mereka mengira
bahwa wanita itu telah gila.
Kemudian
diadakan pertemuan yang dihadiri orang-orang pandai dan para ulama.
Dalam majelis itu juga dihadiri oleh cucu Uzair di mana ayahnya telah
meninggal dan si cucu itu telah berusia tujuh puluh tahun sedangkan
kakeknya, Uzair, masih berusia empat puluh tahun. Di majelis itu mereka
rnendengarkan kisah Uzair lalu mereka tidak mengetahui apakah mereka
akan mempercayainya atau mengingkarinya. Salah seorang yang pandai
bertanya kepada Uzair: "Kami mendengar dari ayah-ayah kami dan
kakek-kakek kami bahwa Uzair adalah seorang Nabi dan ia mampu menghafal
Taurat. Sungguh Taurat telah hilang dari kita dalam peperangan
Bukhtunnashr di mana mereka membakarnya dan membunuh para ulama dan para
pembaca Kitab suci itu. Ini terjadi seratus tahun lalu yang engkau
katakan bahwa engkau menjalani kematian atau engkau tidur. Seandainya
engkau menghafal Taurat, niscaya kami akan percaya bahwa engkau adalah
Uzair."
Uzair
mengetahui bahwa tak seorang pun dari Bani Israil yang mampu menghafal
Taurat. Uzair telah menyembunyikan Taurat itu dari usaha musuh untuk
menghancurkannya. Uzair duduk di bawah naungan pohon sedangkan Bani
Israil berada di sekitarnya. Lalu Uzair menghapusnya huruf demi huruf
sampai selesai lalu ia berkata dalam dirinya: Aku sekarang akan
mengeluarkan Taurat yang telah aku simpan. Uzair pergi ke suatu tempat
lalu ia mengeluarkan Taurat di mana kertas yang terisi Taurat itu telah
rusak. Ia mengetahui mengapa Allah SWT mematikannya selama seratus tahun
dan membangkitkannya kembali. Kemudian tersebarlah berita tentang
mukjizat Uzair di tengah-tengah Bani Israil. Mukjizat tersebut membawa
fitnah yang besar bagi kaumnya. Sebagian kaumnya mengklaim bahwa Uzair
adalah anak Allah. Allah SWT berfirman:
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair adalah anak Allah.'" (QS. At-taubah: 30)
Mula-mula
mereka membandingkan antara Musa dan Uzair dan mereka berkata: "Musa
tidak mampu mendatangkan Taurat kepada kita kecuali di dalam kitab
sedangkan Uzair mampu mendatangkannya tanpa melalui kitab." Setelah
perbandingan yang salah ini, mereka menyimpulkan sesuatu yang keliru di
mana mereka menisbatkan kepada nabi mereka hal yang sangat tidak benar.
Mereka mengklaim bahwa dia adalah anak Tuhan. Maha Suci Allah dari semua
itu:
"Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia." (QS. Maryam: 35)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar