1. Pengertian Nabi dan Rasul
Nabi dan Rasul adalah hamba-hamba Allah pilihan yang menerima wahyu
dan risalah dari Allah SWT. Nabi adalah hamba Allah yang menerima wahyu
untuk dirinya sendiri. Rasul adalah manusia pilihan yang menerima wahyu
dan risalah dari Allah SWT dan bertanggung jawab menyampaikan
menyampaikannya kepada ummat manusia. Setiap Rasul adalah Nabi,
sedangkan Nabi belum tentu Rasul.
2. Jumlah Nabi dan Rasul
Jumlah Nabi dan Rasul sangat banyak. Namun yang tersebut dalam Al-Qur’an dan wajib kita imani berjumlah 25 orang. Mereka adalah Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Ya’qub, Yusuf, Suaib, Ayub, Zulkifli, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa dan Muhammad SAW.
Jumlah Nabi dan Rasul sangat banyak. Namun yang tersebut dalam Al-Qur’an dan wajib kita imani berjumlah 25 orang. Mereka adalah Adam, Idris, Nuh, Hud, Shaleh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishak, Ya’qub, Yusuf, Suaib, Ayub, Zulkifli, Musa, Harun, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Ilyasa’, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa dan Muhammad SAW.
Banyak Nabi dan Rasul lainnya yang tidak dikisahkan dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
Artinya: “Dan (Kami telah mengutus) Rasul-Rasul yang sungguh
telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Rasul-Rasul yang
Kami kisahkan tentang mereka kepadamu.” (QS. An-Nisa’: 164)
Nabi dan Rasul Allah SWT tidaklah sama keutamaan dan kedudukan
mereka, Allah telah melebihkan derajat sebagian Nabi dan Rasul atas
sebagian yang lain. Allah SWT berfirman:
“Rasul-Rasul itu Kami sebagian mereka atas sebagian yang lain.
Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan
sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat.” (QS. Al-Baqarah: 253)
Nabi Muhammad SAW adalah nabi akhir zaman, keberadaannya untuk
menyempurnakan risalah dan syari’at Illahiyah dari para Nabi dan Rasul
sebelumnya. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Muhammad sekali-kali bukanlah bapak dari seorang
laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup
Nabi-Nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40)
“Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan
takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3)
3. Setiap Ummat Memiliki Rasul
Setiap ummat di dunia inimemiliki Rasul. Allah SWT mengutus setiap Rasul-Nya untuk tiap ummat sepanjang masa terus-menerus. Tidak ada satu ummat pun yang tidak punya Rasul. Hal ini supaya setiap ummat di muka bumi ini tetap beriman dan berbakti kepada Allah SWT serta menghindarkan kerusakan yang dilakukan oleh ummat tertentu. Karena Rasul diutus dengan tujuan mengingatkan mereka yang lalai dan memmberi kabar baik bagi yang ingat. Jadi setiap ummat memiliki Rasul. Allah berfirman:
Setiap ummat di dunia inimemiliki Rasul. Allah SWT mengutus setiap Rasul-Nya untuk tiap ummat sepanjang masa terus-menerus. Tidak ada satu ummat pun yang tidak punya Rasul. Hal ini supaya setiap ummat di muka bumi ini tetap beriman dan berbakti kepada Allah SWT serta menghindarkan kerusakan yang dilakukan oleh ummat tertentu. Karena Rasul diutus dengan tujuan mengingatkan mereka yang lalai dan memmberi kabar baik bagi yang ingat. Jadi setiap ummat memiliki Rasul. Allah berfirman:
“Demi Allah, sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul Kami kepada umat-umat sebelum kamu.” (QS. An-Nahl: 63)
“Dan tidak ada suatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan.” (QS. Fathir: 24)
Artinya: “Tiap-tiap ummat memiliki Rasul, maka apabila telah
datang Rasul mereka, diberilah keputusan antara mereka dengan adil dan
mereka (sedikitpun) tidak dianiaya.” (QS. Yunus: 47)
4. Rasul Pasti Seorang Laki-Laki
Allah mengutus Rasul-Nya dari golongan manusia, bukan malaikat atau makhluk lain, serta berjenis kelamin lakki-laki. Allah SWT berfirman:
Allah mengutus Rasul-Nya dari golongan manusia, bukan malaikat atau makhluk lain, serta berjenis kelamin lakki-laki. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Kami tiada mengutus Rasul-Rasul sebelum kamu
(Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu
kepada mereka.” (QS. Al-Anbiya: 7)
Artinya: “Katakanlah: “Kalau seandainya ada mailakat-malaikat
yang berjalan-jalan sebagai penghuni di bumi, niscaya Kami turunkan dari
langit kepada mereka malaikat menjadi Rasul.” (QS. Al-Isra’: 95)
5. Tujuan Diutusnya Rasul-Rasul
Rasul-Rasul diutus oleh Allah SWT dengan maksud dan tujuan yang sama, yakni mengajak manusia beribadah kepada Allah dan memurnikan keimanan hanya kepada-Nya, serta memberikan peringatan bagi mereka yang lalai. Allah SWT berfirman:
Rasul-Rasul diutus oleh Allah SWT dengan maksud dan tujuan yang sama, yakni mengajak manusia beribadah kepada Allah dan memurnikan keimanan hanya kepada-Nya, serta memberikan peringatan bagi mereka yang lalai. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum
kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan
(yang hak disembah) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan
Aku.” (QS. Al-Anbiya’: 25)
Dalam ayat lain Allah berfirman:
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada
tiap-tiap ummat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah thaghut itu,” (QS. An-nahl: 36)
Dari ayat di atas, jelaslah bahwa tujuan utama diutusnya para Rasul adalah untuk menyeru manusia untuk beriman kepada Allah.
6. Nabi dan Rasul Terpelihara dari Dosa dan Noda (Ma’shum)
Para nabi dan Rasul Allah adalah manusia-manusia pilihan yang ditunjuk oleh Allah untuk mengemban misi Illahiyah di muka bumi sebagai penyeru kebaikan dan pemberi peringatan bagi yang lalai. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Para nabi dan Rasul Allah adalah manusia-manusia pilihan yang ditunjuk oleh Allah untuk mengemban misi Illahiyah di muka bumi sebagai penyeru kebaikan dan pemberi peringatan bagi yang lalai. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala ummat.” (QS. Ali Imran: 33)
Para Nabi dan Rasul adalah manusia-manusia pilihan yang benar-benar
suci. Mereka telah dibersihkan dari berbagai macam keburukan, dipelihara
dari macam-macam maksiat, baik besar maupun kecil. Allah berfirman:
Artinya: “Tidak mungkin seorang Nabi berbuat khianat.” (QS. Ali Imran: 161)
Para Nabi dan Rasul juga dibekai keistimewaan-keistimewaan yang telah
dimiliki oleh manusia pada umumnya. Mereka dibekali dengan budi pekerti
yang luhur dan mulia, seperti sifat benar (shiddiq), dapat dipercaya
(amanah), merasa cukup dengan karunia Allah (qana’ah) serta keberanian
yang luar biasa dalam menentang kebathilan dan memerangi kesesatan.
perilaku dan sifat yang mulia tersebut adalah suri tauladan yang baik
bagi para pengikutnya. Para Nabi dan Rasul juga dibekali mukjizat, yaitu
kejadian luar biasa yang hanya terjadi pada diri para Nabi dan Rasul
atas izin Allah SWT. Allah memberikan mukjizat sebagai bukti atau hujjah
bagi kebenaran risalah yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul-Nya.
Rasul-Rasul Ulul Azmi
Di antara para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah, terdapat Rasul-Rasul “Ulul Azmi” artinya yang mempunyai tekad yang kuat dan keteguhan tanpa batas. Mereka mengerahkan segala daya dan upaya dengan penuh kesabaran untuk menegakkan kalimat Allah dan membumikan syari’at Allah di muka bumi. Walaupun godaan dan tantangan serta bahaya datang silih berganti, mereka terus menjalankan misi ke-Nabian yang telah diamanahkan, dengan penuh ikhlas karena Allah semata. Allah menyuruh kepada Nabi Muhammad untuk mengambil suri tauladan dari para Rasul ulul azmi. Firman-Nya:
Di antara para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah, terdapat Rasul-Rasul “Ulul Azmi” artinya yang mempunyai tekad yang kuat dan keteguhan tanpa batas. Mereka mengerahkan segala daya dan upaya dengan penuh kesabaran untuk menegakkan kalimat Allah dan membumikan syari’at Allah di muka bumi. Walaupun godaan dan tantangan serta bahaya datang silih berganti, mereka terus menjalankan misi ke-Nabian yang telah diamanahkan, dengan penuh ikhlas karena Allah semata. Allah menyuruh kepada Nabi Muhammad untuk mengambil suri tauladan dari para Rasul ulul azmi. Firman-Nya:
Artinya: “Maka bersabarlah kamu seperti Rasul-Rasul ulul azmi.” (QS. Al-Ahqaf: 35)
Rasul-Rasul ulul azmi adalah:
1. Nuh AS
2.Ibrahim AS
3. Musa AS
4. Isa AS
5. Muhammad SAW
2.Ibrahim AS
3. Musa AS
4. Isa AS
5. Muhammad SAW
Allah telah menyebutkan nama-nama mereka dalam Al-Qur’an dalam dua buah ayat:
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari
Nabi-Nabi dan dari kamu (Muhammad), dari Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa
putera Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang
teguh.” (QS. Al-Ahzab: 7)
Artinya: “Dia telah mensyari’atkan kamu tentang agama apa yang
telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh, dan apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu dan apa yang yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan
Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah
tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang
kembali (kepada-Nya).” (QS. Asy-Syura: 13)
8. Nabi Muhammad SAW Penutup Risalah
Tugas utama para Nabi dan Rasul adalah menyeru ummat manusia untuk menyambah Allah dan meninggalkan sesembahan selain Allah. Allah berfirman:
Tugas utama para Nabi dan Rasul adalah menyeru ummat manusia untuk menyambah Allah dan meninggalkan sesembahan selain Allah. Allah berfirman:
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-Rasul
pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan
jauhilah taghut itu.” (QS. An-Nahl: 36)
Kaitannya dengan hal ini para Nabi dan Rasul juga memperingatkan
ummat bahwa Allah akan memberikan balasan yang setimpal dengan apa yang
mereka lakukan. Yang durhaka dan melampaui batas Allah akan menimpakan
adzab dan siksa, dan memberi ganjaran kebaikan di dunia dan akhirat bagi
mereka yang taat dan berbakti kepada Allah SWT.
Setiap Nabi itu akan datang sesudah Nabi yang lain. Untuk lebih
menyempurnakan ajaran yang telah di bawa oleh Nabi sebelumnya. Jadi
bagaikan memperbaiki bangunan, maka Nabi yang baru datang seolah-olah
sebagai penerus dan penyempurna, sehingga bangunan itu benar-benar
sempurna. Namun para Nabi dan Rasul tersebut mengajarkan tata cara
beribadah kepada Allah sesuai dengansituasi dan kondisi ummat pada saat
itu. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Perumpamaanku dan perumpamaan semua Nabi itu adalah
sebagaimana seorang yang mendirikan sebuah banguna (gedung), ia telah
menyempurnakannya dan memperindahnya, orang yang mengunjungi dan melihat
bangunan tersebut berkata: “Kami belum melihat bangunan sebagus ini
kecuali sebuah batu bata ini, maka akulah batu bata itu” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Muhammad SAW adalah Nabi terakhir dan sebagai penyempurna risalah yang dibawa Nabi dan Rasul sebelumnya.
Artinya; “Pada hari ini Aku telah menyempurnakan bagimu
agamamu dan Aku telah sempurnakan nikmat-Ku padamu dan Aku rela Islam
sebagai agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3)
Dengan kesempurnaan dan kelengkapan agama itu, maka selesailah tugas
ke-Nabian dan tidak ada lagi nabi dan Rasul setelah Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT berfirman:
Artinya: “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang
laki-laki di antara kamu tetapi ia adalah utusan Allah dan penutup
Nabi-Nabi.” (QS. Al-Ahzab: 4)
Sumber: Judul Buku : Kisah 25 Nabi dan Rasul
Penyusun : Mahfan SPd
Penerbit : Sandro Jaya Jakarta
Kaligrafi Qur’an : Iwan Lemabang Sumber: Digital Qur’an Versi 3.1
Penyusun : Mahfan SPd
Penerbit : Sandro Jaya Jakarta
Kaligrafi Qur’an : Iwan Lemabang Sumber: Digital Qur’an Versi 3.1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar